Rabu, 21 Desember 2016

PENGGUNAAN MEDIA PLAY DOUGH TERHADAP KEMAMPUAN GERAK MOTORIK HALUS ANAK CEREBRAL PALSY



BAB II
PEMBAHASAN
A.       Anak Cerebral Palsy
1.      Pengertian Anak Cerebral Palsy
Kelainan sistem cerebral merupakan golongan  anak tunadaksa dalam kelompok didasarkan pada letak penyebab kelainan yang terletak dalam sistem saraf pusat. Kerusakan pada sistem saraf pusat akan mengakibatkan bentuk kelainan yang sangat berat, karena otak merupakan pusat perintah keseluruh organ tubuh lainnya.
Anak yang mengalami tunadaksa kelompok ini adalah Cerebral Palsy. Cerebral Palsy merupakan bentuk cacat yang disebabkan adanya gangguan yang terdapat di dalam otak, kelainannya bersifat kekakuan dan kelayuan. Ashman (1994) mengemukakan “Cerebral palsy is a term used to describe a group of condition for which occurred during the common the child’s early years of life”.
Pernyataan tersebut di atas tampak bahwa Cerebral Palsy merupakan kondisi rusaknya saraf motorik pusat yang terjadi selama masa kanak-kanak.

2.      Penggolongan Cerebral Palsy
Ashman (1994) mengemukakan Cerebral Palsy dapat dibedakan sebagai berikut ini ; spastic, athetoid, ataxia, rigidity, dan tremor.
a.       Spastic
Tipe spastic merupakan kerusakan pada cortex cerebri yang ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun pada seluruh otot. Dalam keadaan ketegangan emosional, kekakuan atau kekejangan itu akan makin bertambah, demikian juga sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi kurang.

b.      Athetoid
Jenis athetoid terjadi karena kerusakan pada basal ganglia yang mengakibatkan gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah. Cerebral Palsy jenis ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan pada anggota tubuhnya.

c.       Ataxia
Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena kerusakan pada otak kecil (cerebellum). Tipe Cerebral Palsy ini mempunyai cirri adanya gangguan keseimbangan. Sistem koordinasi keseimbangan mengalami gangguan sehingga langkahnya tidak teratur, terhuyung-huyung seperti mabuk. Demikian juga dalam melakukan kegiatan makan, minum, sewaktu makanan/minuman sudah menyentuh bibir tetapi mulut belum terbuka.

d.      Regidity
Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena kerusakan pada basal ganglia yang mengakibatkan adanya kekakuan pada otot-otot. Kekakuan terjadi pada seluruh anggota gerak tangan, kaki, leher, sehingga gerakannya seperti robot.

e.       Tremor
Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena kerusakan pada basal ganglia yang mengakibatkan timbulnya getaran-getaran atau gerakan-gerakan kecil dan terus menerus. Getaran-getaran dapat terjadi pada kaki, tangan, mata, bibir dan lainnya.

Selain jenis Cerebral Palsy seperti di atas masih ada yang lain yaitu jenis campuran (mix). Pada tipe campuran anak Cerebral Palsy mengalami dua, tiga kelainan atau lebih. Misalnya tremor dan ataxia, spastic dan athetoid. Cerebral Palsy tipe campuran keadaannya lebih berat disbanding tipe yang lainnya, sehingga membutuhkan perhatian dan bantuan yang lebih komprehensif.

3.      Karakteristik Anak Cerebral Palsy
Subyek yang mengalami sistem cerebral adalah anak Cerebral Palsy. Anak Cerebral Palsy mengalami kelainan disebabkan karena kerusakan otak yang terjadi sebelum bayi dilahirkan, pada waktu persalinan, atau pada masa bayi. Tidak seluruh otak rusak, hanya bagian-bagiannya, terutama bagian-bagian yang mengontrol gerakan. Begitu rusak hanya bagian-bagian tidak pulih, namun gerakan-gerakan, posisi tubuh dan masalah-masalah yang berkaitan dapat membaik atau semakin parah, tergantung dari bagaimana perawatan pada anak dan seberapa kerusakan otaknya. Semakin dini dilakukan intervensi, semakin banyak perbaikan yang dapat dilakukan. Secara spesifik anak Cerebral Palsy mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.       Gangguan Fisik
Anak Cerebral Palsy mengalami kerusakan pada saraf pusat yang mengakibatkan terganggu motoriknya. Gangguan fisik berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan. Adanya gangguan fisik tersebut mengakibatkan anak kesulitan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari; seperti pindah diri (ambulansi), makan, minum dan lainnya.

b.      Inteligensi
Sebagian anak mungkin kelihatannya lambat daya pikirnya, karena mereka begitu lunglai dan lambat bergerak. Yang lain bergerak begitu banyak dan kaku, sehingga mereka mungkin kelihatan bodoh. Wajah-wajah mereka berkerut, atau mungkin mereka meneteskan air liur terus menerus karena otot-otot wajahnya lemah dan sulit menelan. Hal ini dapat membuat anak yang cerdas kelihatan lambat mentalnya. Sekitar separuh dari anak-anak Cerebral Palsy beretardasi mental, tetapi ini tidak boleh terlalu ditetapkan. Anak perlu dilatih untuk menunjukkan seperti apa dia sebenarnya. Sebagian besar anak-anak Cerebral Palsy mengalami inteligensi yang rendah. Hasil pengukuran inteligensi anak Cerebral Palsy tidak menunjukkan kurva normal, semakin tinggi inteligensi semakin sedikit jumlahnya (Somantri : 1996)

c.       Kemampuan Persepsi
Persepsi anak Cerebral Palsy mengalami gangguan, hal ini disebabkan saraf penghubung dan jaringan saraf otak mengalami gangguan atau kerusakan. Akibatnya proses stimulus yang datang dari luar sulit untuk diterima, ditafsirkan dan dianalisis oleh saraf sensoris. Anak akan mengalami kesulitan untuk mengolah rangsangan visual, auditori, dan taktil yang diterima. Anak mengalami kesulitan dalam konsep bentuk, keseimbangan posisi, orientasi ruang, warna, bunyi, perasa dan peraba.
d.      Kognisi
Anak Cerebral Palsy mengalami gangguan atau keterbatasan dalam kemampuan kognisinya sebagai akibat dari kelainan otaknya, sehingga mengganggu fungsi kecerdasan, pendengaran, bicara, perabaan dan juga bahasanya. Gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik anak Cerebral Palsy berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan motorik yang lebih kompleks. Keterbatasan motorik sangat membatasi ruang gerak kehidupan anak. Hambatan terhadap kegiatan eksplorasi lingkungan menimbulkan hambatan terhadap masukan sensoris khususnya pada masa formatif. Hal ini mengurangi stimulus yang diterima anak baik dalam arti maupun dalam jenisnya (Somantri : 1996). Akibat berkurangnya stimulus yang diterima, maka anak tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi dengan suatu laju perkembangan yang normal.

e.       Kemampuan bahasa dan bicara
Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama bagi seseorang, dengan bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan yang lainnya, dengan bahasa seseorang dapat menerima pesan, mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Kebanyakan anak Cerebral Palsy mengalami gangguan bicara. Gangguan bicara disebabkan kelainan motorik otot-otot bicara dank arena kurangnya interaksi dengan lingkungan sekitar. Gangguan bicara pada anak Cerebral Palsy dapat berupa kesulitan artikulasi. Anak yang mempunyai gagasan atau ide yang akan disampaikan pada orang lain secara lisan tidak terkomunikasikan, karena bicaranya tidak jelas dan ucapannya susah ditangkap. Demikian juga anak Cerebral Palsy dapat mengalami hipoaktif yaitu mengalami kemiskinan bahasa karena kurangnya berinteraksi dengan orang lain.

f.       Emosi dan penyesuaian sosial
Kelainan yang dialami anak Cerebral Palsy mengakibatkan kondisi kejiwaan (emosi) dapat menjadi labil. Anak merasa rendah diri, keras kepala, mudah tersinggung, takut, mudah marah. Ini mungkin disebabkan karena rasa frustasi anak yang tidak mampu melakukan apa yang dikehendakinya dengan tubuhnya. Jika terlalu banyak keramaian dan aktifitas anak dapat menjadi takut atau bingung. Kondisi kecacatan dapat mempengaruhi konsep dirinya. Konsep diri merupakan hasil  interaksi dengan lingkungan, akibat kondisi yang cacat, anak Cerebral Palsy mungkin mempunyai konsep diri yang rendah akibatnya mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan mengalami hambatan. Kerusakan otak mungkin juga mempengaruhi perilaku. Anak-anak membutuhkan banyak bantuan dan kesabaran untuk mengatasi rasa takut dan perilaku mereka lainnya yang tidak biasa.

B.        Motorik Halus
Keterampilan motorik halus adalah kegiatan-kegiatan yang menggunakan otot-otot kecil pada tangan. kegiatan ini termasuk memegang benda-benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang pensil dengan benar, menali sepatu, mengancingkan baju menarik resleting, menggunting, menempel, melipat serta membuat berbagai macam bentuk dari tanah liat atau play dough.
Motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor kematangan dan latihan atau pengalaman selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan atau pergerakan yang dilakukan (Hildayani, 2009 : 8.4). Hurlock, (1995 : 150) menjelaskan pengertian motorik yaitu kemampuan mengendalikan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi yang berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir.
Suyadi (2010 : 67) juga mendefinisikan pengertian motorik yaitu kemampuan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah ada sejak lahir. Berdasarkan pernyataan di atas maka yang dimaksud dengan motorik adalah gerakan tubuh yang melibatkan kegiatan susunan syaraf otot yang terkoordinasi. Kemampuan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Noorlaila (2010:62) menjelaskan, bahwa yang dimaksud kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari (Wahyudin 2011:34). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan dengan menggunakan koordinasi mata dan tangan serta otot-otot kecil seperti  keterampilan menggunakan jari-jari tangan dan tidak memerlukan banyak tenaga.
Menurut Suyadi (2010:69) perkembangan motorik halus adalah meningkatnya koordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti, meremas kertas, menyobek, menggambar, menulis dan lain sebagainya. Pada umumnya orang tua lebih memperhatikan kemampuan motorik kasar dari pada motorik halus anak, padahal sama pentingnya bahkan motorik halus lebih bermakna karena kemampuan motorik halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan kinestetik tubuh (Wahyudin 2011 : 35).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak belajar dan berlatih.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu:
1.      Sifat dasar genetik, kelainan genetik akan mempengaruhi proses tumbuh kembang dan kemampuan motorik anak.
2.      Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik karena sistim saraflah yang mengontrol gerak mototrik pada manusia.
3.      Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak karena kemampuan fisik anak yang normal perkembangan motoriknya akan lebih dibandingkan anak yang memiliki kekurangan fisik.
4.      Lingkungan yang mendukung, perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot.
5.      Kesehatan dan gizi yang baik pralahir khususnya gizi makanan sang ibu lebih mendorong perkembangan motorik pasca lahir, daripada kondisi pralahir yang tidak menyenangkan.
6.      Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh.

C.       Media Play Dough
1.      Pengertian Play Dough
Play dough dilihat dari arti kata dalam kamus bahasa Inggris, Play adalah bermain dan Dough adalah adonan. Jadi play dough adalah bermain melalui adonan. Adonan tersebut terbuat dari campuran tepung terigu, garam, dan bahan lainnya. Menurut Jatmika (1012 : 85) play dough adalah adonan mainan yang merupakan bentuk modern dari tanah liat atau lempung yang terbuat dari campuran tepung terigu.
 Play dough adalah salah satu alat permainan edukatif dalam pembelajaran yang termasuk kriteria alat permainan murah dan memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Anggraini (2013:27) menyatakan Permainan play dough adalah salah satu aktifitas yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak. Dengan bermain play dough, anak tak hanya memperoleh kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otak nya. Dengan play dough, anak-anak bisa membuat bentuk apa pun dengan cetakan atau dengan kreativitasnya masing-masing.
Play dough dapat digunakan kembali setelah anak selesai bermain. Simpan dalam kotak kedap udara. Jika play dough mengering, celupkan dalam air yang diberi sedikit minyak, dan remasremas. Play dough sangat aman jika digunakan untuk anak karena bahan-bahan yang digunakan tidak berasal dari bahan kimia sehingga guru tidak perlu khawatir jika secara tidak sengaja anak menelan adonan play dough. Akan tetapi sebelum memulai kegiatan hendaknya anak diingatkan bahwa adonan play dough tidak untuk dimakan tetapi hanya digunakan untuk kegiatan belajar saja.

2.      Manfaat Bermain dengan Media Play Dough
Menurut Immanuella F. Rachmani, dkk. manfaat bermain dengan media play dough yakni :
b.   Berkreasi dengan playdough dapat mencerdaskan anak, selain mengasah imajinasi, keterampilan motorik halus, berfikirr logis dan sitematis, juga dapat merangsang indera perabanya.
c.    Kelenturan dan kelembutan bahan playdough melatih anak mengatur kekuatan otot jari.
d.   Anak belajar memperlakukan media ini yaitu hanya perlu menekan lembut dan hati-hati.

3.      Penggunaan Media Play Dough Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy
Dalam penggunaan media play dough, untuk langkah pertama anak diajarkan untuk membuat adonan play dough, kemudian langkah kedua anak diajarkan cara bermain menggunakan media play dough.
Berikut langkah-langkah membuat play dough :
Bahan :
1.      2 cup tepung terigu
2.      1 cup garam/benzoat
3.      2 sdm baby oil
4.      1 cup air
5.      Pewarna makanan berbagai macam

Alat :
1.      Berbagai cetakan
2.      Centong kayu/plastik
3.      Pisau plastik
4.      Baskom
5.      Cotton buds

Cara membuat :
1.    Campurkan terigu dan garam/benzoat dalam sebuah baskom yang cukup besar, Aduk dengan tangan atau menggunakan centong kayu/plastik sampai tercampur rata.
2.     Beri air pada campuran bahan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk sampai menjadi adonan yang lembut dengan tekstur halus dan tidak lengket.
3.     Beri minyak baby oil, lalu adonan diolah lagi sehingga didapatkan adonan yang benar-benar lembut dan wangi.
4.       Bagi adonan menjadi enam bagian (atau sesuai jumlah warna yang inginkan).
5.      Ambil satu bagian diberi beberapa tetes pewarna lalu diaduk lagi sampai warna merata. Lakukan hal yang sama terhadap lima bagian lainnya dengan warna yang berbeda.
6.      Bila semua adonan dengan warna yang berbeda telah selesai dibuat, play dough siap digunakan untuk membuat berbagai kreasi.

Langkah kedua yaitu cara bermain dengan media play dough, yang dipaparkan sebagai berikut :
1.      Memilih suatu tema yang akan dimainkan.
2.      Buat rencana/skenario.
3.      Menyediakan media, alat yang diperlukan.
4.      Memberi instruksi pada anak untuk membuat bentuk sesuai tema.
5.      Memberi kebebasan pada anak untuk membuat bentuk lain.

4.      Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media Play Dough
Menurut Moedjiono (1992), “bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan–kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, dan konkrit, tidak adanya verbalisme, obyek dapat ditunjukkan  secara utuh baik konstruksinya atau cara kerjanya dari segi struktur organisasi dan alur proses secara jelas”.
Menurut Dwi Rachmawati (2013), “bahwa bermain play dough sangat menyenangkan. Anak bisa meremas, menggulung, atau mencetak berbagai bentuk sesuai dengan imajinasi mereka. Sedangkan kelemahannya tidak dapat membuat obyek yang besar karena membutuhkan ruang besar dan perawatannya rumit”.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penggunaan media play dough sangat bermanfaat bagi anak dalam usaha untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Media play dough merupakan alat bantu yang berbentuk konkrit, sehingga mampu memberikan pemahaman yang jelas dan benar. Kegiatan bermain play dough menggunakan pembelajaran yang menarik dan bervariasi bagi anak. Selain itu juga dari kegiatan membentuk, anak dapat melatih kelenturan pergelangan tangan dan jari-jemari dalam membuat play dough, dan melatih anak untuk berkratifitas. Tingkat keberhasilan dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus melalui media play dough tergantung pada intensitas pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran pada anak harus dilakukan berulang-ulang agar memperoleh hasil seoptimal mungkin.

B.     Saran 
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, maka saran yang dapat diajukan diantaranya :
1.      Untuk guru
Guru hendaknya membimbing anak dalam mengoptimalkan kemampuan gerak motorik halus anak, salah satunya dengan menggunakan media play dough.
2.      Untuk pihak sekolah
Diharapkan kepada semua pihak sekolah dapat menjalin kerja sama yang baik dengan guru dalam melaksanakan kegiatan pengoptimalan motorik halus anak guna mempersiapkan anak  untuk menjadi lebih mampu melakukan kegiatan sehari-hari




           

DAFTAR PUSTAKA
Astuti. 1996. Terapi Okupasi, Bermain, dan Musik Untuk Anak Tunagrahita. Depdikbud
Assjari, Musjafak. 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Daksa, Bandung: Depdikbud
Hurlock, Elizabeth. 1995. Perkembangan Anak. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Noorlaila, Iva. 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Kreatif Mendidik dan Bermain Bersama anak. Yogyakarta : Pinus Book.
Nur, Jatmika Yusep. 2012, Ragam Aktivitas Harian untuk Play Group. Jogjakarta: Diva
Press.
Nurhasan,dkk. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani (Bersatu Membangun Manusia yang Sehat Jasmani dan Rohani). Surabaya: Unesa University Press.
Siti Mahmudah, Sujarwanto. 2008. Terapi Okupasi Untuk Anak Tunagrahita dan Tunadaksa. Unesa University Press
Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Dirjen Dikti.
Sujiono.2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta : Indeks
Sumantri, 2006. Model Pengembangan Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Suyadi. 2009. Anak Yang Menakjubkan. Jogjakarta: Diva Press.
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia
Wahyudin, Uyu dan Agustin, Mubiar. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama.
http://repository.unib.ac.id/8756/1/I,II,III,II-14-chi.FK.pdf (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 00:17)
http://eprints.uny.ac.id/15422/1/SKRIPSI%20INOVIA.pdf (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 00:46)
(http://wildamaria.blogspot.com/2013/05/terapi-bermain-anak-3-5-tahun bermain.html). (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 01:09)

(http://vistabunda.com/parenting/membuat-playdough-plastisin-mainan-yang-aman-buat-si-kecil) : (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 01:38)