Pengertian
Kreativitas dan Sikap Kreatif
Dengan model Three Rings dari Renzulli menyatakan bahwa keberbakatan merupakan
hasil perpaduan dari kemampuan di atas rata-rata, krativitas dan komitmen pada
tugas. Pengertian
kemampuan (ability) dalam model Three Rings dari Renzulli adalah
kecerdasan yang biasa diukur dengan tes-tes intelegensi. Bagaimana kaitan
antara kreativitas dan intelegensi? Menurut berbagai penelitian para ahli,
hubungan antara kreativitas dan integensi hanya sampai tingkat tertentu. Dia
atas IQ sekitar 120 kreativitas dan intelegesi tampaknya menempuh jalur yang
berbedasehingga dapat disimpulkan bahwa sampai tingkat tertentu, intelegensi
merupakan prasyarat bagi kreativitas, tetapi setelah itu akan mencapai
keunggulan dalam cara yang berbeda.
Bila
dilihat yang mengukur intelegensi, yang diukur paling utana adalah kemempuan
berpikir konvergen, mencari satu jawaban yang paling tepat. Sementara itu, tes
yang mengukur kreativitas, terutama yang mengukur kemampuan divergen, yaitu
sebanyak-banyaknya alternatif jawaban yang bisa diberikan oleh seseorang.
Menurut Benbow dan Lubinski (1996), tes-tes intelegansi mengukur kekuatan otak
untuk belajar. Dengan demikian, tes IQ mengidentifikasi calon-calon profesor di
bidang ilmiah, filsafat, matematika,
sejarah, seni, atau kesusastraan. Kreativitas merupakan indikasi ke arah
penemuan baru dan inovasi.
Definisi kreatif
menurut para ahli.
Menurut
Imam Musbikin (2006:6) adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang
baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak
sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan
mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab. Sedangkan menurut (Munandar,
2004:25) sumber pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Freedam (1982) mengemukakan kreativitas sebagai
kemampuan untuk memahami dunia, menginterprestasi pengalaman dan memecahkan
masalah dengan cara yang baru dan asli. Sedangkan Woolfook (1984) memberikan
batasan bahwa kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu
(hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Guilford (1976)
mengemukakan kreatifitas adalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang
produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral.
Kesimpulan :
Kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru dan
asli, yang sebelumnya belum dikenal ataupun memecahkan masalah baru yang
dihadapi. Apakah hasil kreativitas itu menunjukkan hal yang baru? Beberapa ahli
berpendapat bahwa kreativitas itu tidak harus seluruhnya baru, tetapi dapat
pula sebagai gabungan yang sudah ada dipadukan sesuatu yang baru.
Definisi
sikap kreatif :
Menurut kamus besar indonesia,
kreatif diartikan: "memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk
menciptakan". Menurut munandar, utami (1999) kreatif adalah menemukan,
menggabungkan, membangun, mengarang, mendesain, merancang, mengubah ataupun
menambah.
Dalam perspektif islam, kreatif dapat diartikan
sebagai kesadaran keimanan seseorang, untuk menggunakan keseluruhan daya dan
kemampuan diri yang dimiliki sebagai wujud syukur akan nikmat Allah, guna
menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfat bagi kehidupan sebagai wujud
pengabdian yang tulus kehadirat Allah SWT.
Sesuatu dapat disebut
kreatif bila memenuhi beberapa produk kreatif, yaitu baru, berbeda dari yang
telah ada dalam arti lebih baik, dan berguna bagi orang banyak. Sesuatu itu
tidak selalu berupa benda tetapi dapat pula berupa sistem, prosedur , atau
untuk melakukan sesuatu. Orang yang disebut memiliki pribadi kreatif memiliki
dua kelompok ciri khusus, yaitu bakat kreatif dan sikap kreatif. Bakat kreatif
yang menentukan mutu dari produk kreatif yang diciptakannya, adalah kepekaan
terhadap masalah, kelancaran, dan keluwesan dalam berfikir, elaborasi dan
orisinalitas. Semakin tinggi kepekaan terhadap masalah, semakin besar
peluangnya untuk dapat menemukan cara dalam mengatasi masalah tersebut.
Kelancaran
berfikir adalah kecepatan seseorang dalam menghasilkan banyak gagasan,
sedangkan keluwesan berfikir adalah keanekaragaman gagasan. Bisa saja orang
menghasilkan banyak gagasan, namun gagasannya kurang beragam. Elaborasi adalah
kemampuan untuk menyempurnakan suatu gagasan dengan menambahkan detail-detail
yang akan membuatnya semakin bermutu. Orisinalitas adalah keunikan dari
gagasan, sesuatu yang tak terpikir oleh orang lain.
Bila
bakat kratif menentukan mutu dari produk kreatif, sikap kreatif lebih
menentukan apakah suatu produk kreatif akan muncul atau tidak. Sikap kreatif
ini antara lain adalah rasa ingin tahu, kesediaan untuk bekerja keras dan dalam
waktu yang panjang dan terbuka pada pengalaman baru dan luar biasa, bebas dalam
ekspresi dan percaya diri, bebas dari penilaian dan kesediaan untuk mengambil
risiko yang diperhitungkan.
Wallas
mengajukan 4 tahapan dalam proses kreatif yaitu : persiapan, inkubasi,
iluminasi, dan verivikasi.
1. Persiapan
meliputi persiapan jangka panjang dan jangka pendek. Persiapan jangka panjang
berlangsung sepanjang hidup seseorang, sejak masih kecil sampai ia menggunakannya.
Yang berperan disini adalah segala informasi yang diperolehnya, baik di rumah
maupun di sekolah. pendeknya, segala sesuatu yang dipelajari baik secara formal
maupun informal. Persiapan jangka pendek adalah saat seseorang mempelajari
masalah yang dihadapinya dari berbagai sudut.
2. Bila
persoalan sangat sulit bagi orang tersebut, akan muncul kelelahan dan untuk itu
orang tersebut perlu menjauh, meninggalkan pesoalannya untuk sementara.
Beristirahat dan menyegarkan diri. Tahap ini disebut tahap inkubasi. Pada saat
ini alam bawah sadar mengembil alih kerja alam sadar. Jadi walaupun orang
tersebut kelihatannyatidak memikirkan persoalan tadi, bawah sadar tetap
mengolahnya. Ada berbagai cara orang untuk melalui masa inkubasi ini. ada
dengan cara tidur, jalan-jalan, atau mengerjakan pekerjaan yang lain.
3. Pada
saat berinkubasi inilah biasanya gagasan cemerlang muncul. Ini adalah tahap
iluminasi. Dahulu orang meganggap iluminasi sebagai sesuatu yang misterius yang
tak dapat dijelaskan, tetapi Wallas menjelasknnya dengan cara yang ilmiah dan
dapat dipahami. Iluminasi terjadi hubungan karena terjadi dua hal yang berbeda
dalam gudang ingatan seseorang, yang sebelumnya belum berkaitan. Misalnya, air
yang tumpah saat Archimedes masuk ke bak pemandian dan cara menghitung volume
mahkota sang raja. Banyak
orang mencapai tahap iluminasi, tetapi jarang yang melanjutkan ke tahap
berikutnya, yaitu tahap verifikasi. Penemuan tadi diuji kembali untuk
membuktikan kebenarannya.
Kreatifitas dan
Siswa Berbakat
Apakah
semua siswa berbakat itu kreatif? Tentunya hal ini bergantung pada konsep
keberbakatan yang dianut. Ada yang menentukan keberbakatan hanya dengan tingkat
kecerdasan yang tinggi. Padahal kaitan kecerdasan dan kreatif hanya sampai
tingkat tertentu saja. dalam hal ini bisa ditemui anak berbakat yang tidak
terlalu kreatif.
Ada
pula yang menganut konsep bahwa anak berbakat adalah anak yang berprestasi
tinggi di sekolah. dalam hal ini bila yang menentukan prestasi di sekolah
bukanlah kemampuan berpikir dan kreativitas, melainkan kepatuhan dan kemampuan
mengingat seperti pada banyak sekolah, anak berbakat bisa saja tidak memiliki
kecerdasan dan kreativitas di atas rata-rata cukup komitmen terhadap tugas yang
tinggi. Namun bila menganut konsep Renzulli, setiap anak berbakat adalah
kreatif.
Bagaimana
hubungan antara kreativitas dan prestasi belajar? Apakah siswa siswa kreatif
juga mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi? Berbagai temuan dari para
ahli penelitian di dalam dan di luar negeri membuktikan bahwa siswa-siswi dengan
kreativitas yang tinggi mampu menguasai pelajaran sama baiknya dengan yang
dikuasai dengan IQ yang tinggi (Getzels & Jakson, 1958; Torrance, 1960;
Utami Munandar, 1977). Namun guru-guru cenderung lebih menyukai siswa dengan IQ
tinggi daripada mereka yang CQ nya tinggi. Siswa kreatif bila mencapai prestasi
yang baik sering dianggap overachiever.
Banyak
manusia unggul yang mendapat penilaian negatif dari lingkungannya. Termasuk
dari para pengajar, seperti Einstein dan
Thomas Alva Edison yang dianggap lemah di sekolah, Louisa May Alcott yang oleh
editornya dianggap karyanya tidak mampu tulisan yang populer, Bethoven yang
oleh guru musiknyadianggap tidak akan mampu bernyanyi dan tidak punya suara,
dan sebagainya.
Sejumlah
penelitian lain menemukan hasil yang berbeda (Hawadi, 1989, Salim 1991), yaitu
kreativitas tidak berhubungan dengan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Torrance yang mengatakan bahwa dalam sekolah-sekolah parokial dan
sekolah-sekolah yang menekankan pada kebijakan tradisional yang ketat dalam
pendidikannya, kreativitas tidak berkaitan dengan prestasi belajar. Hal ini
disebabkan prestasi belajar diukur berdasarkan penilaian yang sering kali kaku,
menekankan pada kepatuhan dan tidak membuka peluang bagi keluwesan berpikir.
Siswa-siswa
kreatif sering dianggap tidak serius dan
tidak belajar, padahal mereka sama banyak belajarnya dengan siswa-siswa lain,
tetapi cara mereka belajar seperti bermain. Siswa berbakat menyukai belajar
mandiridan menemukan jawaban untuk menemukan pertayaan yang muncul dalam
dirinya. Guru sangat membantu bila mengajar dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada anak daripada langsung memberikan informasi.
Webb
mengingatkan karena siswa-siswa berbakat sangat intens dan kadang berlebihan,
dan kerena kreatif mengandung makna nonkonformistis serta minatnya seringkali
berbeda dari teman-teman sebayanya, mereka sering mengalami hambatan, tetapi
sering juga muncul gagasan-gagasan yang bisa berbahaya. Untuk itu keberanian
dan kepedulian pada hal-hal diluar dirinya perlu mendampingi kreativitasnya.
Pada
dasarnya, kreatifitas merupakan suatu kualitas yang diperlukan untuk
menghasilkan gagasan orosinal dalam bidang apa saja. Keberanian adalah kualitas
pikiran untuk menghadapi hambatan dan bahaya dengan tenang dan teguh. Sementara
itu, kepedulian adalah kualitas pikiran untuk berbelas asih, peduli atau
berminat pada orang atau hal-hal lain diluar dirinya. Ketiga hal ini dapat dan
harus ditumbuhkan pada manusia. Terlebih siswa berbakat.
Cukup
banyak orang kreatif yang tidak memiliki keberanian. Keberanian merupakan
bagian dari sikap kreatif yang menentukan munculnya produk kreatif. Kurangnya
keberanian ini sering disebabkan mereka sangat peduli dan ingin berlaku adil
kepada semua pihak karena mereka cukup cerdas untuk melihat implikasi dari
sebuah masalah, dan mereka ingin mempertimbangkan semua hal. Hal ini sesuai
dengan kata-kata bijak, He who can see
all sides of an issue is unable to act. Akibatnya mereka malah tidak berani
bertindak sama sekali.
Banyak
yang dapat dilakukan dilingkungan, terutama keluarga dan sekolah untuk
mengembangkan kreativitas siswa, khususnya siswa berbakat agar kreativitas
dapat membawa keberbakatannya untuk berfungsi optimal sehingga dapat
menciptakan berbagai terobosan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Pertama-tama
perku disadari beberapa hal yang dapat menjadi penghambat kreativitas. Amabile
(dalam Munandar, 1999) menyebutkan ada empat hal yang mematikan kreativitas
yaitu evaluasi, hadiah, persaingan (kompetensi), dan lingkungan yang membetasi.
Untuk
merangsang krativitas tentunya dihindari hambatan hambatan tersebut. Oleh
karena itu, orang tua guru, dan orang dewasa lainnya perlu sangat berhati-hati
dengan faktor penghambat tadi. Tunda pemberian evaluasi pada anak. Biarkan anak
merasa bebas dalam beraktivitas. Jangan membuat nak berkonsentrasi pada evaluasi
dan kehilangan konsentrasi dan gairahnya pada aktivitas kreatif. Hadiah memang
menyenangkan, etapidapat menghilangkan motivasi intrinsik. Oleh karena itu
perlu sangat hati-hati dalam pemberian hadiah. Jangan sampai arti dari hadiah
ditekankan secara berlebihan sehingga mengalahkan arti keasyikan berkreasi.
Persaingan kompetisi juga bisa menurunkan kreativitas, terutama kompetisi itu
mengandung penilaian dan hadiah. Inilah yang mendasari beberapa sekolah
menghindari mencantumkan rangking di rapor. Pemaksaan dan lingkunga yang
membatasi jga mematikan kreativitas. Oleh karena itu, terlalu banyak kegiatan
terstruktur dan kurangnya pilihan pada siswa akan berakibat buruk pada
kreativitas. Agaknya inilah yang menyebabkan seorang tokoh pendidikan, Conny
Semiawwan, mengatakan, “Makin lama sekolah makin rendah kreativitas”.
Beberapa
hal yang dilakukan oleh sekolah untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah
sebagai berikut :
Sehubungan dengan
konsep Pygmalion Effect yaitu tanpa
disadari seseorang berperilaku sebagaimana ia percaya orang lain
mengharapkannya berperilaku. Bila guru menunjukkan bahwa ia yakin dan ingin
siswanya kreatif, siswa akan betul-betul kreatif. Artinya guru harus optimis.
Penekanan pada
konformitas dan penyeragaman akan menghambat potensi kreatif seseorang. Oleh
karena itu penakanna yang berlebihan pada konformitas dan tradisi bisa
mematikan kreativitas. Bukankah kreativitas menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda dari yang telah ada?
Kebosanan sangat
menurunkan motivasi siswa. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan perlu selalu
diupayakan agar menantang dan menarik, serta disajikan dalam berbagai macam
kegiatan yang dapat mewakili kebutuhan dari berbagai gaya belajar.
Agar kreativitas dapat
tumbuh dan berguna bagi banyak orang, perlu pula diperhatikan pada pengembangan
keberanian dan kepedulian. Keberanian dapat ditumbuhkan dengan cara membantu
siswa untuk menghadapi, mengambil pelajaran, dan mengatasi kegagalannya.
Kegagalan hendaknya dipandang sebagai kesalahan dalam strategi ataupun usaha
yang kurang, bukan karena kemampuan yang kurang. Yang penting guru perlu
menunjukkan toleransinya pada kegagalan. Setiap orang boleh saja melakukan
kesalahan, asalkan ia bisa belajar dari kesalahannya dan kesalahan itu
membuatnya makin bijak
Kepedulian
dimulai dengan mengenal, sesuai dengan pepatah “tak kenal maka tak sayang”.
Kadang siswa-siswi berbakat terlampau asyik dengan dunianya sendiri. Oleh
karena itu, mereka perlu diajak untukmegalihkan perhatiannya pada hal-hal
diluar dunianya. Mengambangkan kemampuan empati pada siswa bisa dengan melihat
berbagai hal dari “kacamata” orang lain. Selain itu, bisa juga dengan
menugaskan proyek-proyek kecil untuk membantu orang, semacam karya bakti.
Selain itu, bisa menikmati perasaan telah berhasil membantu orang lain, dengan
demikian menjadi orang yang berguna.
Kebutuhan akan krativitas dibutuhkan
dalam semua aspek kehidupan manusia. Terutama dalam masa pembangunan dan era
globalisasi ini. Oleh karena itu pengembangan potensi kreatif yang pada
dasarnya dimiliki oleh setiap orang, perlu dimulai sejak usia dini.
Inilah
suatu tantangan bagi pendidikan di Indonesia untuk dapat memandu dan memupuk
bakat, minat, dan kemampuan setiap peserta didik, sehingga dapat mewujudkan
dirinya dan memberi sumbangan yang bermakna bagi pengembangan masyarakat dan
negara.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Jakarta : Rineka Cipta
2.
Sarwono, Sarlito
Wirawan.2004. Alselerasi. Jakarta :
PT Grasindo Anggota Ikapi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar