Sabtu, 28 Maret 2015

Aplikasi Teori Konditioning Dalam Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Proses belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif, efisien dan optimal jika didukung oleh pengetahuan yang memadai tentang teori-teori pendidikan yang berlaku secara umum. Dengan demikian kajian terhadap teori-teori pendidikan memiliki urgensi yang segnifikan, sebagai upaya memperkaya wawasan kependidikan, terutama bagi para guru dan praktisi pendidikan pada umumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencari landasan teoritis yang variatif, cocok dan berdayaguna dalam pelaksanaan pendidikan.
. Secara teriotik, teori-teori belajar menjadi sumber bagi teori-teori pengajaran. Teori belajar menjelaskan bagaimana seorang individu dapat belajar dengan baik dan mengapa terjadi perubahan tingkah laku manusia melalui belajar, tetapi tidak menjelaskan bagaimana teknik dan cara membantu siswa mencapai tujuan pendidkan berdasarkan kaidah-kaidah yang terdapat dalam teori belajar. Di antara teoritikus dalam bidang pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap perkembangan teknologi pendidikan ialah B.F Skinner dengan teori pendidikannya adalah operant conditioning yang merupakan salah satu teori yang menonjol diantara sekian banyak teori behaviorisme yang berdaskan hasil eksperimen. Menurut Sumadi Suryabrata (1986 : 294), di dalam dunia pendidikan, khusunya dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Tulisan singkat dalam makalah ini akan mencoba mendeskripsikan aplikasi teori kondisioning dalam pendidikan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja macam-macam Teori Kondisioning dalam pembelajaran?
2.      Bagaimana aplikasi Teori Pembentukan Respon?
3.      Bagaimana aplikasi Teori Generalisasi, Diskriminasi dan Penghapusan?
4.      Bagaimana aplikasi Teori Jadwal Penguatan?
5.      Bagaimana aplikasi Teori Penguatan Positif?
6.      Bagaimana aplikasi Teori Penguatan Intermintenx?
7.      Bagaimana aplikasi Teori Penghapusan?
8.      Bagaimana aplikasi Teori Modelling?
9.      Bagaimana aplikasi Teori Token Ekonomi?

1.3  Tujuan
1.      Mampu menyebutkan macam-macam Teori Kondisioning
2.      Mampu menjelaskan aplikasi Teori Pembentukan Respon
2        Mampu menjelaskan aplikasi Teori Generalisasi, Diskriminasi dan Penghapusan
3        Mampu menjelaskan aplikasi Teori Jadwal Penguatan
4        Mampu menjelaskan aplikasi Teori Penguatan Positif
5        Mampu menjelaskan aplikasi Teori Penguatan Intermintenx
6        Mampu menjelaskan aplikasi Teori Penghapusan
7        Mampu menjelaskan aplikasi Teori Modelling
8        Mampu menjelaskan aplikasi Teori Token Ekonomi




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Conditioning Dalam Praktek Pembelajaran
Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belajar adalah mengingat, mengerti, memahami, menerangkan, menganalisa, mensintesis, mengevaluasi, berpikir, percaya, berpartisipasi, melaksanakan dan seterusnya. Belajar adalah perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan atau pematangan oleh satu kondisi dari organisme (subjek). Dan mengajar tidaklah mentransfer sumber pengetahuan saja tetapi juga mengubah sikap dan tingkah laku yang nyata. (Anwar, tt : 95, 96,98).
Skinner mengakui bahwa aplikasi teori operant conditioning ini terbatas, tetapi ia merasa bahwa ada implikasi praktis bagi pendidikan. Ia mengemukakan bahwa kontrol yang positif (menyenangkan) mengandung sikap yang menguntungkan terhadap pendidikan dan akan lebih efektif bila digunakan. Menurut Skinner, belajar memberikan kekuatan untuk terjadinya respons-respons yang bertingkat dan berkelanjutan, apabila prosedur penguatan (reinforcement) diatur sedemikian rupa. Oleh karena itu dalam proses belajar perlu ditetapkan tingkah prilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, apabila ia tidak belajar maka responsnya akan menurun.
            Dalam belajar dapat di temukan beberapa hal : Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar, respons si pembelajar, dan konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut (Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 9). Penguatan terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah tetapi sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman. Fungsi utama pendidikan adalah mencipatakan kondisi agar tingkah laku yang baik dapat di terapkan, sedangkan peranan utama dari seorang pendidik (guru) adalah menciptakan kondisi agar tingkah laku yang diinginkan dapat terwujud dan proses belajar berlangsung secara dinamis dan kondusif. Untuk itu dalam prose pendidikan dibutuhkan guru yang profesional dan memiliki wawasan yang luas. Menurut Zakiah Daradjat (1982 : 22-23), guru yang profesional minimal harus memiliki enam hal yaitu : Pertama, kegairahan dan kesediaan untuk mengajar. Kedua, dapat membangkitkan minat murid. Ketiga, menumbuhkan sikap dan bakat yang baik. Keempat, mengatur proses belajar mengajar. Kelima, berpindahnya pengaruh belajar dan pelaksanaannya ke dalam kehidupan yang nyata. Dan keenam, hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar. Pada diri setiap manusia ada keinginan yang mulia yang dibuatnya sendiri dari lubuk hati yang paling dalam dan telah tertanam sedemikian rupa yang berasal dari hubungannya dengan obyek-obyek kehidupan sekitarnya, sementara mengajar berarti memberikan stimulus dan menguatkannya.
Dalam proses pembelajaran guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan Skinner ini. Dalam menerapkan teori Skinner guru perlu memperhatikan dua hal yang penting, yaitu : pemilihan stimulus yang deskriminatif dan penggunaan penguatan. Sebagai ilistrasi apakah guru akan meminta respons ranah kognitif atau efektif. Jika yang akan dicapai adalah sekedar menyebutkan ibu kota negara Republik Indonesia adalah Jakarta, tentu saja siswa hanya dilatih menghafal. 
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh berdasarkan teori operant conditioning adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
2. Membuat daftar penguat dan positif. Guru mencari prilaku yang lebih disukai oleh siswa, prilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3.  Memilih dan menentukan urutan tingkahh laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.
4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan prilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari prilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat prilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidak berhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi prilaku selanjutnya (Gredler, 1991 : 154-156).
Sebagai ilustrasi ketertiban kelas, pada saat berlangsung proses belajar mengajar, seorang siswa berulang-ulang mengganggu teman di depannya. Guru yang melihat kelakuan tersebut segera mengamati dan menentukan apa yang akan di lakukannya, memberikan perhatian atau meengacuhkannya sebab kedua pilihan ini dapat menjadi dapat menjadi reinforcement bagi yang bersangkutan.
Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori, 10:2008), yaitu :

2.2 Teori Pembentukan Respon
Teknik pembentukan respon (Shaping Behaviour) ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada saat setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut.  Prosedur pembentukan respon bisa digunakan untuk melatih tingkah  laku siswa dalam proses pembelajaran agar secara bertahap mampu merespon stimulus dengan baik . 
Contoh : Apabila seorang guru memberikan ceramah, reaksi siswa sebagai pendengar dapat mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak.  Jika sekelompok siswa mengangguk – angguk kepala mereka, ini dapat menguatkan guru tersebut untuk berceramah lebih semangat lagi.

2.3 Generalisasi, Diskriminasi dan Penghapusan
Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat menghasilkan respon yang sama.
Contoh : Seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu mendapat pujian di depan kelas oleh gurunya ketia menyelesaikan PR tepat waktu.
Diskriminasi adalah respon organisme terhadap sesuatu penguatan, tetapi tidak terhadap penguatan yang lain. 
Contoh : Misalnya seorang siswa mengerjakan PR dengan tepat waktu, karena mendapat ujian dari gurunya pada mata pelajaran IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat pujian dari guru  IPS.  Respon ini bisa berbeda karena cara memberikan pujiannya sudah berbeda
Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan atau ganjaran tidak diberikan lagi. 
Contoh : seorang siswa yang mampu mengerjakan PR dengan tepat waktu tadi bisa secara bertahap menjadi tidak tepat waktu karena gurunya tidak pernah lagi memberikan pujian sama sekali.

2.4 Jadwal Penguatan
Dalam operant conditioning, jadwal penguat adalah komponen penting dari proses belajar. Kapan dan seberapa sering kita memperkuat perilaku yang dapat memiliki dampak yang dramatis pada kekuatan dan kecepatan respon. Jadwal penguatan tertentu mungkin lebih efektif dalam situasi tertentu. Ada dua jenis jadwal penguatan, yaitu :

1.   Continuous Reinforcement (penguatan terus-menerus)
Dalam penguatan terus menerus, penguatan diberikan pada saat setiap kali organisme menghasilkan suatu respon. Pada umumnya, jadwal ini paling baik digunakan selama tahap awal belajar untuk menciptakan hubungan yang kuat antara perilaku dan respon. Setelah respon terpasang kuat, penguat biasanya beralih ke jadwal penguatan parsial.
Contoh : setiap kali siswa mampu mengerjakan soal dengan betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya

2. Partial Reinforcement (penguatan parsial)
Dalam penguatan parsial, respon diperkuat hanya bagian dari waktu. Belajar perilaku diperoleh lebih lambat dengan penguatan parsial, tetapi tidak mendapatkan respon yang lebih tahan terhadap kepunahan . Ada empat jadwal penguatan parsial:

*      Rasio Jadwal Tetap adalah yang mana tanggapan hanya diperkuat setelah sejumlah tertentu tanggapan. Jadwal ini menghasilkan tingkat, tinggi stabil hanya merespons dengan jeda singkat setelah pengiriman penguat tersebut.
Contoh : Misalnya ada 10 kali siswa memberikan respon baru diberikan 1 kali penguatan.

*      Rasio Jadwal Variabel terjadi ketika respon diperkuat setelah sejumlah tanggapan tak terduga. Jadwal ini menciptakan tingkat stabil tinggi merespons. Perjudian dan permainan lotere adalah contoh yang baik dari hadiah berdasarkan jadwal rasio variabel.
Contoh : Misalnya penguatan diberikan kepada siswa kadang kala setelah 10 kali  respon kadang kala setelah 5 respon

*      Interval Jadwal Tetap adalah mereka dimana respon pertama dihargai hanya setelah sejumlah waktu tertentu telah berlalu. Jadwal ini menyebabkan jumlah tinggi menanggapi dekat akhir interval, namun jauh lebih lambat merespon segera setelah pengiriman penguat tersebut.
Contoh : Misalnya memberikan pengutan kepada setiap respon yang muncul setelah 1 menit.

*      Interval Jadwal Variabel terjadi ketika respon dihargai setelah jumlah yang tak terduga waktu telah berlalu. Jadwal ini menghasilkan lambat, stabil tingkat respons.

Menurut Skinner, pemberian reinforcement yang terbaik yaitu tidak menentu kapan reinforcement itu diberikan. Sebaliknya jika reinforcement yang diberikan pada waktu yang tetap, akan menimbulkan kebiasaan dalam menerima reinforcement, dimana hal ini kurang baik.

2.5 Penguatan Positif
Penguatan positif adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respon menjadi maningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung.
Contoh : Seorang anak yang pada dasarnya mempunyai sifat pemalu diminta oleh guru maju kedepan kelas untuk menceritakan gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman – teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang – ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang.
Rangsangan yang dapat diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal – hal dasar, seperti : makanan, minuman, dan kenyamanan psikal. Selain itu beberapa hal – hal lain seperti uang, persahabatan, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif.

2.6 Penguatan Intermintten
Penguatan intermitten adalah suatu penguatan yang diberikan setiap tingkah laku yang diinginkan muncul dan setelah frekuensi kemunculan perilaku yang diharapkan dapat meningkat maka penguatan akan dikurangi. Penguatan tidak diberikan secara terus menerus seperti halnya dengan penguatan positif. Penguatan intermitten diberikan sewaktu-waktu saja dengan melihat tingkat pencapaian siswa. Pada dasarnya penguatan intermitten dipergunakan untuk memelihara tingkah laku yang telah terbentuk.
 Selain hal di atas, penggunaan teknik penguatan intermitten juga memiliki beberapa keuntungan diantaranya:
1) Reinforcer tetap efektif dalam waktu yang lebih lama daripada continuous reinforcement (penguatan berkelanjutan)
 2)  Perilaku yang diberi intermittent reinforcement cenderung lebih lama hilang daripada yang diberi continuous reinforcement(penguatan berkelanjutan)
3)   Individu bekerja lebih konsisten
4)  Perilaku yang diberi intermittent reinforcement berlangsung dengan cepat ketika dipindah ke reinforcer dalam lingkungan yang alami.
Pernyataan di atas juga didukung oleh pendapat dari Javanovich (1983 : 308) yang menyatakan bahwa, “penguatan intermitten mampu mempertahankan tingkah laku siswa secara optimal, bahkan lebih kuat dari penguatan yang berkelanjutan (continuous reinforcement ). Hal tersebut terjadi karena terdapat sedikit perbedaan antara situasi setelah diperkuat dan situasi sebelum diperkuat.”
Ada berbagai jenis penguatan intermitten diantaranya :
1.      Penguatan interval tetap (fixed interval reinforcement)
2.      Interval yang tidak tetap (variable interval schedule)
3.      Jadwal rasio tetap (fixed ratio reinforcement)
4.      Jadwal rasio variabel (variabel ratio schedule).
Untuk meningkatkan disiplin belajar siswa digunakan jadwal rasio variabel (variabel ratio schedule). Penggunaan penguatan jenis tersebut agar proses penghapusan tingkah laku yang terbentuk lebih lambat.
 Penguatan yang diberikan berbentuk verbal dan non verbal. Penguatan verbal berupa kata-kata pujian, dukungan, dorongan yang digunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan komunikan. Kata-kata yang digunakan seperti : bagus, ya, benar, tepat, bagus sekali, betul, dan sebagainya. Atau dalam bentuk kalimat seperti, saya senang dengan pekerjaanmu, saya gembira mendengar usahamu, dan sebagainya.
Sedangkan penguatan non verbal adalah penguatan berupa mimik dan gerakan-gerakan badan seperti, senyuman, anggukan, acungan jempol, dan sebagainya. Penguatan tersebut diberikan dengan maksud agar konseli menjadi termotivasi dalam melakukan tingkah laku yang diharapkan. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konseling behavioral dengan teknik penguatan intermitten memiliki hubungan yang erat. Disiplin belajar adalah suatu bentuk perilaku. Jadi diperlukan suatu konseling yang mengkaji mengenai tingkah laku. Konseling tersebut adalah konseling behavioral. Digunakannya teknik penguatan intermitten sudah dipaparkan dengan sangat jelas di atas. Selain itu, pemberian penguatan pada siswa SMP menjadi sangat penting mengingat siswa berada pada rentang usia 12/13 tahun sampai 14/15 tahun.
Masa itu adalah suatu masa dalam pencarian jati diri dengan emosi yang masih tergolong labil. Siswa akan mudah terpengaruh ucapan orang apalagi ucapan yang negatif dan menjadi senang di sanjung. Oleh karena itu, siatuasi tersebut perlu dimanfaatkan untuk mengarahkan perilaku siswa ke arah yang lebih baik dengan memberikan penguatan berupa kata-kata pujian untuk meningkatkan dan mempertahankan disiplin belajar siswa. Oleh karena itu, digunakan konseling behavioral dengan teknik penguatan intermitten ini dengan tujuan agar siswa yang memiliki disiplin belajar rendah dapat mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. Terkait dengan penelitian ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan disiplin belajarnya sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar yang diraih.
Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk memelihara perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai seseorang. Dengan penguatan seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri individu . 
Contoh : Misalnya seorang siswa yang tadinya malu untuk membaca puisi di depan kelas, kemudian secara bertahap dia sudah tidak malu lagi dan mampu membaca puisi di depan kelas.  Maka guru memberikan pujian di depan teman-temannya agar keberanian membaca puisi di depan kelas tersebut dapat terpelihara.

2.7 Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau tidak mengirakan respon yang akan muncul pada seseorang.
Contoh : Misalnya siswa yang berbicara lucu dengan maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak diberikan sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya. Dengan demikian, siswa yang bersangkutan akan merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak berkenan di hati gurunya   sehingga dia tidak akan melakukannya lagi.

2.8 Modelling
Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh tingkah laku orang lain.
Contohnya : seorang siswa berusaha berbicara dengan suara keras, tidak terges-gesa, sistematis, dan mudah dipahami karena dia meniru guru IPA yang selalu menunjukkan prilaku seperti itu pada saat mengajar. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menunjukkan tutur kata, sikap, kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku yang dapat dicontoh oleh siswa.

2.9 Token Ekonomi
Teknik token ekonomi atau disebut juga dengan tabungan keping, merupakan salah satu bentuk aplikasi dari pendekatan behavior, yang mana pendekatan behavior sangat erat hubungannya dengan modifikasi perilaku (Kazdin, 1980). Token ekonomi adalah penerapan operant conditioning dengan mengganti hadiah langsung dengan sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian. Disebut operant karena memberikan perlakuan terhadap lingkungan yaitu berupa hadiah kepada tingkah laku. Dengan adanya hadiah perilaku akan terus berulang atau muncul (LePage, 1999; Boniecki & Moore, 2003). Dalam token ekonomi tingkah laku yang diharapkan muncul bisa diperkuat dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil perilaku yang diharapkan oleh kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak (Miltenberger, 2008 ; Sattler, 2002 ; Timothy, 2009).
Token ekonomi merupakan salah satu contoh dari perkuatan ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk diraihnya yakni bisa meningkatkan perhatiannya baik dari tingkat tenasitas maupun dari tingkat vigilitas, tujuannya adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik, dengan cara ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru (Tarbox et al., 2006). Dorongan atau pengembangan yang positif ialah hadiah yang diterima atau timbul sesudah tingkah laku itu muncul. Hadiah atau ganjaran ini dapat digolongkan kepada yang primer (yaitu yang berupa makanan, uang, alat-alat permainan, dan benda-benda nyata lainnya) dan yang bersifat sekunder (pujian dari masyarakat, perhatian dan perasaan terkenal) (Tarbox et al., 2006; Timothy, 2009).
Dalam token ekonomi terdapat beberapa komponen didalamnya (Miltenberger, 2008) :
*      Pertama, mendefinisikan sasaran perilaku yang bertujuan untuk menjamin bahwa klien tahu perilaku apa yang diharapkan dari mereka, mereka tahu apa yang harus dilakukan supaya menerima token. Banyaknya token diberikan atau yang diambil untuk masing-masing perilaku tertentu juga ditetapkan dan dijelaskan sebelumnya.
*   Kedua, mengidentifikasi item untuk digunakan sebagai token, dalam hal ini token diutamakan yang disukai, menarik, mudah untuk dibawa atau dibagikan, dan juga sulit untuk dipalsukan. Biasanya mengunakan materi termasuk chip poker, stiker, objek jumlah, kelereng atau uang mainan. Ketika individu menampilkan perilaku yang diinginkan, dia dengan segera diberi sejumlah token. Token tidak memiliki nilai berarti, namun token kemudian dikumpulkan dan dipertukarkan untuk suatu objek yang penuh arti.
*      Ketiga, mengidentifikasi motif penguatan (back-up reinforcement). Suatu token ekonomi yang dirancang akan baik dengan penggunaan motif-motif penguat yang dipilih oleh individu sendiri dibanding oleh yang dipilihkan.
*      Keempat, perlu menetapkan waktu dan tempat untuk menukar token. Terakhir, implementasi konsistensi token ekonomi oleh staf. Dalam suatu proses token ekonomi untuk berhasil, semua fasilitator yang dilibatkan harus memberi penghargaan perilaku-perilaku yang sama, menggunakan jumlah yang sesuai dari token, menghindari motif penguat dibagikan dengan bebas dan mencegah token dari pemalsuan, mencuri atau diperoleh secara tidak adil. Tanggung jawab staf dan ketentuan-ketentuan token ekonomi harus dijelaskan disuatu manual dan tertulis.

Penerapan Token Ekonomi :
Dalam jurnal behavioral interventions. 15: 135-143, 2000 yang berjudul Use of a Token Economy to Eliminate Excessive In Appropriate Social Behavior in an Adult With Developmental Disabilities. Jornal of Behavioral Interventions. Oleh Le Blanc , Linda, dkk menemukan bahwa Token ekonomi efektif untuk menghilangkan 99% perilku tidak pantas dalam interaksi social, 97% menghilangkan agresivitas verbal, 97% menghilangkan perilaku seksual yang tidak pantas. Sementara dalam Jornal of Behavioral Interventions. No 21 hal 155-164 yang berjudul The Effects of Token Reinforcement on Attending in A Young  Childwith Autism oleh Tarbox, Rachel, dkk menemukan bahwa token ekomoni meningkatkan perilaku menghadiri kelas oleh anak autis, penguatan efektif jika token tersedia dan ketika token dapat ditukar tanpa ada penundaan waktu.
      Token Ekonomi bisa juga diterapkan dalam :
a.       Membantu murid yang cacat di dalam ruang kelas
b.      Menangani anak –anak dengan masalah antisocial
c.       Treatment untuk pecandu alkohol
d.      Menurunkan tingkat absent dan meningkatkan performa kerja
e.       Mengurangi perilaku agresif tahanan.
f.       Mengelola perilaku anak dalam keluarga.

Keuntungan Token Ekonomi:
a. Mereka dapat diberikan segera sesudah suatu perilaku yang diinginkan terjadi dan dipertukarkan di waktu mendatang dengan backup reinforcers. Dengan demikian mereka dapat dipakai untuk menjembatani penundaan yang sangat panjang antara respon target dengan back up reinforcers, yang sangat penting ketika situasinya tidak praktis/ mustahil untuk memberikan backup reinforcers sesudah perilaku.
b. Token mempermudah untuk mengatur penguat-penguat yang konsisten dan efektif ketika menangani sekelompok individu.

 Kelemahan Token Ekonomi
a.    Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token merupakan dorongan dari luar diri.
b.     Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh pendukung /back up reinforcer
c.     Adanya beberapa hambatan dari orang yang memberikan dan menerima token.




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Secara umum terdapat dua teori kondisioning yaitu kondisioning klasik (kondisioning responden) dan kondisioning operant. Kondisioning klasik dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov dengan percobaannya yaitu anjing yang mengeluarkan air liurnya berdasarkan faktor makanan, cahaya dan bunyi. Sedangkan kondisioning operant yang dikembangkan oleh B. F. Skinner dengan teorinya tingkah laku bukanlah sekedar respons terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant; operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya yaitu berupa pengendalian konsekuensi.
Tingkah laku dapat dikondisikan atau diprogramkan sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam konteks pembelajaran, berhasil atau tidaknya aplikasi teori ini di lapangan, kunci utamanya terletak pada guru.

3.2  Saran
Diharapkan pendidik mampu mendidik murid sesuai dengan prosedur yang telah diberikan oleh lembaga pendidikan, mampu memahami karakteristik peserta didik, mampu menggunakan teori pembelajaran dengan baik dan memberikan motivasi untuk meningkatkan prestasi peserta didik.
*     
Diharapkan siswa mengevaluasi diri dan memperbaiki karakter sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli.






DAFTAR PUSTAKA
1.   Ahmadi , Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta. Rinda Cipta
2.   Suryabrata, Sumadi. 1986. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
3.   JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2013, Volume I (1), 37 – 47