BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar
mengajar dapat terlaksana secara efektif, efisien dan optimal jika didukung
oleh pengetahuan yang memadai tentang teori-teori pendidikan yang berlaku
secara umum. Dengan demikian kajian terhadap teori-teori pendidikan memiliki
urgensi yang segnifikan, sebagai upaya memperkaya wawasan kependidikan,
terutama bagi para guru dan praktisi pendidikan pada umumnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mencari landasan teoritis yang variatif, cocok dan
berdayaguna dalam pelaksanaan pendidikan.
. Secara
teriotik, teori-teori belajar menjadi sumber bagi teori-teori pengajaran. Teori
belajar menjelaskan bagaimana seorang individu dapat belajar dengan baik dan
mengapa terjadi perubahan tingkah laku manusia melalui belajar, tetapi tidak
menjelaskan bagaimana teknik dan cara membantu siswa mencapai tujuan pendidkan
berdasarkan kaidah-kaidah yang terdapat dalam teori belajar. Di antara
teoritikus dalam bidang pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan teknologi pendidikan ialah B.F Skinner dengan teori pendidikannya
adalah operant conditioning yang merupakan salah satu teori yang menonjol
diantara sekian banyak teori behaviorisme yang berdaskan hasil eksperimen.
Menurut Sumadi Suryabrata (1986 : 294), di dalam dunia pendidikan, khusunya
dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Tulisan
singkat dalam makalah ini akan mencoba mendeskripsikan aplikasi teori
kondisioning dalam pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
saja macam-macam Teori Kondisioning dalam pembelajaran?
2. Bagaimana
aplikasi Teori Pembentukan Respon?
3. Bagaimana
aplikasi Teori Generalisasi, Diskriminasi dan Penghapusan?
4. Bagaimana
aplikasi Teori Jadwal Penguatan?
5. Bagaimana
aplikasi Teori Penguatan Positif?
6. Bagaimana
aplikasi Teori Penguatan Intermintenx?
7. Bagaimana
aplikasi Teori Penghapusan?
8. Bagaimana
aplikasi Teori Modelling?
9. Bagaimana
aplikasi Teori Token Ekonomi?
1.3 Tujuan
1. Mampu
menyebutkan macam-macam Teori Kondisioning
2. Mampu
menjelaskan aplikasi Teori Pembentukan Respon
2
Mampu menjelaskan aplikasi Teori
Generalisasi, Diskriminasi dan Penghapusan
3
Mampu menjelaskan aplikasi Teori Jadwal
Penguatan
4
Mampu menjelaskan aplikasi Teori
Penguatan Positif
5
Mampu menjelaskan aplikasi Teori
Penguatan Intermintenx
6
Mampu menjelaskan aplikasi Teori
Penghapusan
7
Mampu menjelaskan aplikasi Teori
Modelling
8
Mampu menjelaskan aplikasi Teori Token
Ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Teori Conditioning Dalam Praktek Pembelajaran
Belajar dan mengajar
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belajar adalah mengingat,
mengerti, memahami, menerangkan, menganalisa, mensintesis, mengevaluasi,
berpikir, percaya, berpartisipasi, melaksanakan dan seterusnya. Belajar adalah
perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan atau pematangan
oleh satu kondisi dari organisme (subjek). Dan mengajar tidaklah mentransfer
sumber pengetahuan saja tetapi juga mengubah sikap dan tingkah laku yang nyata.
(Anwar, tt : 95, 96,98).
Skinner mengakui bahwa aplikasi teori
operant conditioning ini terbatas, tetapi ia merasa bahwa ada implikasi praktis
bagi pendidikan. Ia mengemukakan bahwa kontrol yang positif (menyenangkan)
mengandung sikap yang menguntungkan terhadap pendidikan dan akan lebih efektif
bila digunakan. Menurut Skinner, belajar memberikan kekuatan untuk terjadinya
respons-respons yang bertingkat dan berkelanjutan, apabila prosedur penguatan
(reinforcement) diatur sedemikian rupa. Oleh karena itu dalam proses belajar
perlu ditetapkan tingkah prilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, apabila ia tidak belajar maka responsnya akan
menurun.
Dalam belajar dapat di temukan beberapa hal : Kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar, respons si
pembelajar, dan konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut (Dimyati
dan Mudjiono, 1999 : 9). Penguatan terjadi pada stimulus yang menguatkan
konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik
diberi hadiah tetapi sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi
teguran dan hukuman. Fungsi utama pendidikan adalah mencipatakan kondisi agar
tingkah laku yang baik dapat di terapkan, sedangkan peranan utama dari seorang
pendidik (guru) adalah menciptakan kondisi agar tingkah laku yang diinginkan
dapat terwujud dan proses belajar berlangsung secara dinamis dan kondusif.
Untuk itu dalam prose pendidikan dibutuhkan guru yang profesional dan memiliki
wawasan yang luas. Menurut Zakiah Daradjat (1982 : 22-23), guru yang
profesional minimal harus memiliki enam hal yaitu : Pertama, kegairahan dan
kesediaan untuk mengajar. Kedua, dapat membangkitkan minat murid. Ketiga, menumbuhkan
sikap dan bakat yang baik. Keempat, mengatur proses belajar mengajar. Kelima,
berpindahnya pengaruh belajar dan pelaksanaannya ke dalam kehidupan yang nyata.
Dan keenam, hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar. Pada diri setiap
manusia ada keinginan yang mulia yang dibuatnya sendiri dari lubuk hati yang
paling dalam dan telah tertanam sedemikian rupa yang berasal dari hubungannya
dengan obyek-obyek kehidupan sekitarnya, sementara mengajar berarti memberikan
stimulus dan menguatkannya.
Dalam
proses pembelajaran guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan
Skinner ini. Dalam menerapkan teori Skinner guru perlu memperhatikan dua hal
yang penting, yaitu : pemilihan stimulus yang deskriminatif dan penggunaan
penguatan. Sebagai ilistrasi apakah guru akan meminta respons ranah kognitif
atau efektif. Jika yang akan dicapai adalah sekedar menyebutkan ibu kota negara
Republik Indonesia adalah Jakarta, tentu saja siswa hanya dilatih menghafal.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh berdasarkan teori operant conditioning
adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari keadaan kelas. Guru
mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku
positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
2. Membuat daftar penguat dan positif.
Guru mencari prilaku yang lebih disukai oleh siswa, prilaku yang kena hukuman,
dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3. Memilih dan menentukan urutan
tingkahh laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.
4. Membuat program pembelajaran. Program
pembelajaran ini berisi urutan prilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu
mempelajari prilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran,
guru mencatat prilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidak
berhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi prilaku selanjutnya
(Gredler, 1991 : 154-156).
Sebagai
ilustrasi ketertiban kelas, pada saat berlangsung proses belajar mengajar,
seorang siswa berulang-ulang mengganggu teman di depannya. Guru yang melihat
kelakuan tersebut segera mengamati dan menentukan apa yang akan di lakukannya,
memberikan perhatian atau meengacuhkannya sebab kedua pilihan ini dapat menjadi
dapat menjadi reinforcement bagi yang bersangkutan.
Ada
sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk
pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran (M.Asrori, 10:2008), yaitu :
2.2 Teori Pembentukan Respon
Teknik
pembentukan respon (Shaping Behaviour)
ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada saat setiap kali ia
bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon
sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut. Prosedur pembentukan respon bisa digunakan
untuk melatih tingkah laku siswa dalam
proses pembelajaran agar secara bertahap mampu merespon stimulus dengan baik
.
Contoh : Apabila
seorang guru memberikan ceramah, reaksi siswa sebagai pendengar dapat
mempengaruhi bagaimana guru itu bertindak.
Jika sekelompok siswa mengangguk – angguk kepala mereka, ini dapat
menguatkan guru tersebut untuk berceramah lebih semangat lagi.
2.3
Generalisasi, Diskriminasi dan Penghapusan
Generalisasi adalah
penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat menghasilkan
respon yang sama.
Contoh : Seorang siswa akan mengerjakan
PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu mendapat pujian di depan kelas
oleh gurunya ketia menyelesaikan PR tepat waktu.
Diskriminasi adalah
respon organisme terhadap sesuatu penguatan, tetapi tidak terhadap penguatan
yang lain.
Contoh : Misalnya seorang siswa mengerjakan
PR dengan tepat waktu, karena mendapat ujian dari gurunya pada mata pelajaran
IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat pujian dari guru IPS.
Respon ini bisa berbeda karena cara memberikan pujiannya sudah berbeda
Penghapusan adalah
suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan atau ganjaran tidak
diberikan lagi.
Contoh : seorang siswa yang mampu
mengerjakan PR dengan tepat waktu tadi bisa secara bertahap menjadi tidak tepat
waktu karena gurunya tidak pernah lagi memberikan pujian sama sekali.
2.4 Jadwal Penguatan
Dalam operant conditioning, jadwal penguat adalah komponen penting dari
proses belajar. Kapan dan seberapa sering kita memperkuat perilaku yang dapat
memiliki dampak yang dramatis pada kekuatan dan kecepatan respon. Jadwal
penguatan tertentu mungkin lebih efektif dalam situasi tertentu. Ada dua jenis
jadwal penguatan, yaitu :
1.
Continuous Reinforcement (penguatan
terus-menerus)
Dalam
penguatan terus menerus, penguatan diberikan pada saat setiap kali organisme
menghasilkan suatu respon. Pada umumnya, jadwal ini paling baik digunakan
selama tahap awal belajar untuk menciptakan hubungan yang kuat antara perilaku
dan respon. Setelah respon terpasang kuat, penguat biasanya beralih ke jadwal
penguatan parsial.
Contoh : setiap kali siswa mampu mengerjakan soal
dengan betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya
2. Partial
Reinforcement (penguatan parsial)
Dalam
penguatan parsial, respon diperkuat hanya bagian dari waktu. Belajar perilaku
diperoleh lebih lambat dengan penguatan parsial, tetapi tidak mendapatkan
respon yang lebih tahan terhadap kepunahan . Ada empat jadwal penguatan
parsial:
Rasio Jadwal Tetap adalah
yang mana tanggapan hanya diperkuat setelah sejumlah tertentu tanggapan. Jadwal
ini menghasilkan tingkat, tinggi stabil hanya merespons dengan jeda singkat
setelah pengiriman penguat tersebut.
Contoh : Misalnya ada 10 kali siswa memberikan
respon baru diberikan 1 kali penguatan.
Rasio Jadwal Variabel
terjadi ketika respon diperkuat setelah sejumlah tanggapan tak terduga. Jadwal
ini menciptakan tingkat stabil tinggi merespons. Perjudian dan permainan lotere
adalah contoh yang baik dari hadiah berdasarkan jadwal rasio variabel.
Contoh : Misalnya penguatan diberikan kepada
siswa kadang kala setelah 10 kali respon
kadang kala setelah 5 respon
Interval Jadwal Tetap adalah
mereka dimana respon pertama dihargai hanya setelah sejumlah waktu tertentu
telah berlalu. Jadwal ini menyebabkan jumlah tinggi menanggapi dekat akhir
interval, namun jauh lebih lambat merespon segera setelah pengiriman penguat
tersebut.
Contoh : Misalnya memberikan pengutan kepada
setiap respon yang muncul setelah 1 menit.
Interval Jadwal Variabel
terjadi ketika respon dihargai setelah jumlah yang tak terduga waktu telah
berlalu. Jadwal ini menghasilkan lambat, stabil tingkat respons.
Menurut
Skinner, pemberian reinforcement yang terbaik yaitu tidak menentu kapan
reinforcement itu diberikan. Sebaliknya jika reinforcement yang diberikan pada
waktu yang tetap, akan menimbulkan kebiasaan dalam menerima reinforcement,
dimana hal ini kurang baik.
2.5
Penguatan Positif
Penguatan
positif adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan
munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respon menjadi maningkat karena
diikuti dengan stimulus yang mendukung.
Contoh
: Seorang anak yang pada dasarnya mempunyai sifat pemalu diminta oleh guru maju
kedepan kelas untuk menceritakan gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri.
Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak
tersebut dan teman – teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut
berlangsung berulang – ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih
berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan
hilang.
Rangsangan
yang dapat diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal – hal dasar,
seperti : makanan, minuman, dan kenyamanan psikal. Selain itu beberapa hal –
hal lain seperti uang, persahabatan, pujian, penghargaan, perhatian, dan
kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif.
2.6
Penguatan Intermintten
Penguatan intermitten adalah suatu penguatan yang
diberikan setiap tingkah laku yang diinginkan muncul dan setelah frekuensi
kemunculan perilaku yang diharapkan dapat meningkat maka penguatan akan
dikurangi. Penguatan tidak diberikan secara terus menerus seperti halnya dengan
penguatan positif. Penguatan intermitten diberikan sewaktu-waktu saja dengan
melihat tingkat pencapaian siswa. Pada dasarnya penguatan intermitten dipergunakan
untuk memelihara tingkah laku yang telah terbentuk.
Selain hal di atas, penggunaan teknik
penguatan intermitten juga memiliki beberapa keuntungan diantaranya:
1)
Reinforcer tetap efektif dalam waktu yang lebih lama daripada continuous
reinforcement (penguatan berkelanjutan)
2) Perilaku
yang diberi intermittent reinforcement cenderung lebih lama
hilang daripada yang diberi continuous reinforcement(penguatan
berkelanjutan)
3) Individu
bekerja lebih konsisten
4) Perilaku yang diberi intermittent reinforcement berlangsung dengan cepat
ketika dipindah ke reinforcer dalam lingkungan yang alami.
Pernyataan
di atas juga didukung oleh pendapat dari Javanovich (1983 : 308) yang
menyatakan bahwa, “penguatan intermitten mampu mempertahankan tingkah laku siswa
secara optimal, bahkan lebih kuat dari penguatan yang berkelanjutan (continuous
reinforcement ). Hal tersebut terjadi karena terdapat sedikit perbedaan
antara situasi setelah diperkuat dan situasi sebelum diperkuat.”
Ada
berbagai jenis penguatan intermitten diantaranya :
1. Penguatan
interval tetap (fixed interval reinforcement)
2. Interval
yang tidak tetap (variable interval schedule)
3.
Jadwal rasio tetap (fixed ratio
reinforcement)
4. Jadwal
rasio variabel (variabel ratio schedule).
Untuk meningkatkan disiplin belajar siswa
digunakan jadwal rasio variabel (variabel ratio schedule). Penggunaan
penguatan jenis tersebut agar proses penghapusan tingkah laku yang terbentuk
lebih lambat.
Penguatan
yang diberikan berbentuk verbal dan non verbal. Penguatan verbal berupa
kata-kata pujian, dukungan, dorongan yang digunakan untuk menguatkan tingkah
laku dan penampilan komunikan. Kata-kata yang digunakan seperti : bagus, ya,
benar, tepat, bagus sekali, betul, dan sebagainya. Atau dalam bentuk kalimat seperti,
saya senang dengan pekerjaanmu, saya gembira mendengar usahamu, dan sebagainya.
Sedangkan penguatan non verbal adalah penguatan
berupa mimik dan gerakan-gerakan badan seperti, senyuman, anggukan, acungan
jempol, dan sebagainya. Penguatan tersebut diberikan dengan maksud agar konseli
menjadi termotivasi dalam melakukan tingkah laku yang diharapkan. Berdasarkan
pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konseling behavioral dengan
teknik penguatan intermitten memiliki hubungan yang erat. Disiplin belajar adalah
suatu bentuk perilaku. Jadi diperlukan suatu konseling yang mengkaji mengenai
tingkah laku. Konseling tersebut adalah konseling behavioral. Digunakannya
teknik penguatan intermitten sudah dipaparkan dengan sangat jelas di atas.
Selain itu, pemberian penguatan pada siswa SMP menjadi sangat penting mengingat
siswa berada pada rentang usia 12/13 tahun sampai 14/15 tahun.
Masa itu adalah suatu masa dalam pencarian jati diri
dengan emosi yang masih tergolong labil. Siswa akan mudah terpengaruh ucapan
orang apalagi ucapan yang negatif dan menjadi senang di sanjung. Oleh karena
itu, siatuasi tersebut perlu dimanfaatkan untuk mengarahkan perilaku siswa ke
arah yang lebih baik dengan memberikan penguatan berupa kata-kata pujian untuk
meningkatkan dan mempertahankan disiplin belajar siswa. Oleh karena itu,
digunakan konseling behavioral dengan teknik penguatan intermitten ini dengan
tujuan agar siswa yang memiliki disiplin belajar rendah dapat mengubah tingkah
lakunya ke arah yang lebih baik. Terkait dengan penelitian ini, siswa
diharapkan dapat meningkatkan disiplin belajarnya sehingga mampu meningkatkan
prestasi belajar yang diraih.
Penguatan intermiten
dilakukan dengan memberikan penguatan untuk memelihara perubahan tingkah laku
atau respon positif yang telah dicapai seseorang. Dengan penguatan seperti ini
dapat menumbuhkan kepercayaan diri individu .
Contoh : Misalnya seorang siswa yang
tadinya malu untuk membaca puisi di depan kelas, kemudian secara bertahap dia
sudah tidak malu lagi dan mampu membaca puisi di depan kelas. Maka guru memberikan pujian di depan
teman-temannya agar keberanian membaca puisi di depan kelas tersebut dapat
terpelihara.
2.7 Penghapusan
Penghapusan dilakukan
dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau tidak mengirakan respon
yang akan muncul pada seseorang.
Contoh : Misalnya siswa yang berbicara
lucu dengan maksud memancing teman-temannya bergurau agar suasana kelas menjadi
gaduh, tidak diberikan sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya.
Dengan demikian, siswa yang bersangkutan akan merasa bahwa apa yang
dilakukannya tidak berkenan di hati gurunya
sehingga dia tidak akan melakukannya lagi.
2.8
Modelling
Percontohan adalah
prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh tingkah laku orang
lain.
Contohnya : seorang siswa berusaha
berbicara dengan suara keras, tidak terges-gesa, sistematis, dan mudah dipahami
karena dia meniru guru IPA yang selalu menunjukkan prilaku seperti itu pada
saat mengajar. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menunjukkan tutur kata,
sikap, kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku yang dapat dicontoh oleh siswa.
2.9
Token Ekonomi
Teknik token ekonomi atau disebut juga dengan tabungan
keping, merupakan salah satu bentuk aplikasi dari pendekatan behavior, yang
mana pendekatan behavior sangat erat hubungannya dengan modifikasi perilaku
(Kazdin, 1980). Token ekonomi adalah penerapan operant conditioning dengan mengganti hadiah langsung dengan
sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian. Disebut operant karena memberikan perlakuan
terhadap lingkungan yaitu berupa hadiah kepada tingkah laku. Dengan adanya hadiah
perilaku akan terus berulang atau muncul (LePage, 1999; Boniecki & Moore, 2003).
Dalam token ekonomi tingkah laku yang diharapkan muncul bisa diperkuat dengan
sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil perilaku yang diharapkan oleh
kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak (Miltenberger, 2008 ;
Sattler, 2002 ; Timothy, 2009).
Token ekonomi merupakan salah satu contoh dari perkuatan
ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk diraihnya yakni
bisa meningkatkan perhatiannya baik dari tingkat tenasitas maupun dari tingkat vigilitas,
tujuannya adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik,
dengan cara ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi
ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru (Tarbox et al., 2006).
Dorongan atau pengembangan yang positif ialah hadiah yang diterima atau timbul
sesudah tingkah laku itu muncul. Hadiah atau ganjaran ini dapat digolongkan
kepada yang primer (yaitu yang berupa makanan, uang, alat-alat permainan, dan
benda-benda nyata lainnya) dan yang bersifat sekunder (pujian dari masyarakat, perhatian
dan perasaan terkenal) (Tarbox et al., 2006; Timothy, 2009).
Dalam token ekonomi terdapat beberapa komponen didalamnya
(Miltenberger, 2008) :
Pertama, mendefinisikan
sasaran perilaku yang bertujuan untuk menjamin bahwa klien tahu perilaku apa
yang diharapkan dari mereka, mereka tahu apa yang harus dilakukan supaya
menerima token. Banyaknya token diberikan atau yang diambil untuk masing-masing
perilaku tertentu juga ditetapkan dan dijelaskan sebelumnya.
Kedua,
mengidentifikasi item untuk digunakan sebagai token, dalam hal ini token
diutamakan yang disukai, menarik, mudah untuk dibawa atau dibagikan, dan juga
sulit untuk dipalsukan. Biasanya mengunakan materi termasuk chip poker, stiker,
objek jumlah, kelereng atau uang mainan. Ketika individu menampilkan perilaku
yang diinginkan, dia dengan segera diberi sejumlah token. Token tidak memiliki
nilai berarti, namun token kemudian dikumpulkan dan dipertukarkan untuk suatu
objek yang penuh arti.
Ketiga,
mengidentifikasi motif penguatan (back-up reinforcement). Suatu token ekonomi
yang dirancang akan baik dengan penggunaan motif-motif penguat yang dipilih
oleh individu sendiri dibanding oleh yang dipilihkan.
Keempat, perlu menetapkan
waktu dan tempat untuk menukar token. Terakhir, implementasi konsistensi token ekonomi
oleh staf. Dalam suatu proses token ekonomi untuk berhasil, semua fasilitator yang
dilibatkan harus memberi penghargaan perilaku-perilaku yang sama, menggunakan jumlah
yang sesuai dari token, menghindari motif penguat dibagikan dengan bebas dan mencegah
token dari pemalsuan, mencuri atau diperoleh secara tidak adil. Tanggung jawab staf
dan ketentuan-ketentuan token ekonomi harus dijelaskan disuatu manual dan
tertulis.
Penerapan Token Ekonomi :
Dalam jurnal
behavioral interventions. 15: 135-143, 2000 yang berjudul Use of a Token
Economy to Eliminate Excessive In Appropriate Social Behavior in an Adult With
Developmental Disabilities.
Jornal of Behavioral
Interventions.
Oleh Le Blanc ,
Linda, dkk menemukan bahwa Token ekonomi efektif untuk
menghilangkan 99% perilku tidak pantas dalam interaksi social, 97%
menghilangkan agresivitas verbal, 97% menghilangkan perilaku seksual yang tidak
pantas. Sementara dalam Jornal of Behavioral Interventions. No 21 hal 155-164
yang berjudul The Effects of Token Reinforcement on Attending in A Young
Childwith Autism oleh Tarbox, Rachel, dkk menemukan bahwa token ekomoni
meningkatkan perilaku menghadiri kelas oleh anak autis, penguatan efektif jika
token tersedia dan ketika token dapat ditukar tanpa ada penundaan waktu.
Token
Ekonomi bisa juga diterapkan dalam :
a.
Membantu murid
yang cacat di dalam ruang kelas
b.
Menangani anak
–anak dengan masalah antisocial
c.
Treatment untuk
pecandu alkohol
d.
Menurunkan
tingkat absent dan meningkatkan performa kerja
e.
Mengurangi
perilaku agresif tahanan.
f.
Mengelola
perilaku anak dalam keluarga.
Keuntungan Token Ekonomi:
a. Mereka
dapat diberikan segera sesudah suatu perilaku yang diinginkan terjadi dan
dipertukarkan di waktu mendatang dengan backup reinforcers. Dengan demikian
mereka dapat dipakai untuk menjembatani penundaan yang sangat panjang antara
respon target dengan back up reinforcers, yang sangat penting ketika situasinya
tidak praktis/ mustahil untuk memberikan backup reinforcers sesudah perilaku.
b. Token
mempermudah untuk mengatur penguat-penguat yang konsisten dan efektif ketika
menangani sekelompok individu.
Kelemahan Token Ekonomi
a. Kurangnya
pembentukan motivasi intrinsik, karena token merupakan dorongan dari luar diri.
b. Dibutuhkan dana
lebih banyak untuk penyediaan pengukuh pendukung /back up reinforcer
c. Adanya beberapa
hambatan dari orang yang memberikan dan menerima token.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum terdapat dua teori
kondisioning yaitu kondisioning klasik (kondisioning responden) dan
kondisioning operant. Kondisioning klasik dikembangkan oleh Ivan
Petrovich Pavlov dengan
percobaannya yaitu anjing yang mengeluarkan air liurnya berdasarkan faktor
makanan, cahaya dan bunyi. Sedangkan kondisioning operant yang dikembangkan
oleh B. F. Skinner dengan teorinya tingkah laku bukanlah sekedar respons
terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant; operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya yaitu
berupa pengendalian konsekuensi.
Tingkah laku
dapat dikondisikan atau diprogramkan sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam
konteks pembelajaran, berhasil atau tidaknya aplikasi teori ini di lapangan,
kunci utamanya terletak pada guru.
3.2 Saran
Diharapkan
pendidik mampu mendidik murid sesuai dengan prosedur yang telah diberikan oleh lembaga
pendidikan, mampu memahami karakteristik peserta didik, mampu menggunakan teori
pembelajaran dengan baik dan memberikan motivasi untuk
meningkatkan prestasi peserta didik.
Diharapkan
siswa mengevaluasi diri dan memperbaiki karakter sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh
para ahli.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadi , Abu dan Widodo Supriyono.
1991. Psikologi Belajar. Jakarta. Rinda Cipta
2. Suryabrata, Sumadi. 1986. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
3. JURNAL
SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2013, Volume I (1), 37 – 47
4. http://algaer.wordpress.com/2010/05/10/teori-kondisioning-pavlov-2/
(diakses tanggal 24 Maret 2015)
5. https://www.academia.edu/7428448/OPERANT_CONDITIONING_B.F_SKINNER_Aplikasi_Teori_Dalam_Praktek_Pendidikan (diakses tanggal
24 Maret 2015)
6. http://biologi-lestari.blogspot.com/2013/03/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html
(diakses tanggal 24 Maret 2015)