BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anak Cerebral
Palsy
1.
Pengertian Anak Cerebral
Palsy
Kelainan sistem cerebral merupakan golongan anak tunadaksa dalam kelompok didasarkan pada
letak penyebab kelainan yang terletak dalam sistem saraf pusat. Kerusakan pada
sistem saraf pusat akan mengakibatkan bentuk kelainan yang sangat berat, karena
otak merupakan pusat perintah keseluruh organ tubuh lainnya.
Anak yang mengalami tunadaksa kelompok ini adalah Cerebral Palsy. Cerebral
Palsy merupakan bentuk cacat yang disebabkan adanya gangguan yang terdapat
di dalam otak, kelainannya bersifat kekakuan dan kelayuan. Ashman (1994)
mengemukakan “Cerebral palsy is a term
used to describe a group of condition for which occurred during the common the
child’s early years of life”.
Pernyataan tersebut di atas tampak bahwa Cerebral Palsy merupakan kondisi rusaknya saraf motorik pusat yang
terjadi selama masa kanak-kanak.
2. Penggolongan
Cerebral Palsy
Ashman (1994) mengemukakan Cerebral
Palsy dapat dibedakan sebagai berikut ini ; spastic, athetoid, ataxia,
rigidity, dan tremor.
a.
Spastic
Tipe
spastic merupakan kerusakan pada cortex cerebri yang ditandai dengan
adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun pada seluruh otot.
Dalam keadaan ketegangan emosional, kekakuan atau kekejangan itu akan makin
bertambah, demikian juga sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi
kurang.
b.
Athetoid
Jenis
athetoid terjadi karena kerusakan
pada basal ganglia yang mengakibatkan
gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah. Cerebral Palsy jenis ini tidak terdapat
kekejangan atau kekakuan pada anggota tubuhnya.
c.
Ataxia
Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena kerusakan pada otak kecil (cerebellum). Tipe Cerebral
Palsy ini mempunyai cirri adanya gangguan keseimbangan. Sistem koordinasi
keseimbangan mengalami gangguan sehingga langkahnya tidak teratur,
terhuyung-huyung seperti mabuk. Demikian juga dalam melakukan kegiatan makan,
minum, sewaktu makanan/minuman sudah menyentuh bibir tetapi mulut belum
terbuka.
d.
Regidity
Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena kerusakan pada basal ganglia yang mengakibatkan adanya kekakuan pada otot-otot.
Kekakuan terjadi pada seluruh anggota gerak tangan, kaki, leher, sehingga
gerakannya seperti robot.
e.
Tremor
Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena kerusakan pada basal ganglia yang mengakibatkan timbulnya getaran-getaran atau
gerakan-gerakan kecil dan terus menerus. Getaran-getaran dapat terjadi pada
kaki, tangan, mata, bibir dan lainnya.
Selain jenis Cerebral Palsy
seperti di atas masih ada yang lain yaitu jenis campuran (mix). Pada tipe campuran anak Cerebral
Palsy mengalami dua, tiga kelainan atau lebih. Misalnya tremor dan ataxia,
spastic dan athetoid. Cerebral Palsy tipe
campuran keadaannya lebih berat disbanding tipe yang lainnya, sehingga
membutuhkan perhatian dan bantuan yang lebih komprehensif.
3. Karakteristik
Anak Cerebral Palsy
Subyek yang mengalami sistem cerebral adalah anak Cerebral Palsy. Anak Cerebral
Palsy mengalami kelainan disebabkan karena kerusakan otak yang terjadi
sebelum bayi dilahirkan, pada waktu persalinan, atau pada masa bayi. Tidak
seluruh otak rusak, hanya bagian-bagiannya, terutama bagian-bagian yang
mengontrol gerakan. Begitu rusak hanya bagian-bagian tidak pulih, namun
gerakan-gerakan, posisi tubuh dan masalah-masalah yang berkaitan dapat membaik
atau semakin parah, tergantung dari bagaimana perawatan pada anak dan seberapa
kerusakan otaknya. Semakin dini dilakukan intervensi, semakin banyak perbaikan
yang dapat dilakukan. Secara spesifik anak Cerebral
Palsy mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.
Gangguan
Fisik
Anak Cerebral Palsy mengalami
kerusakan pada saraf pusat yang mengakibatkan terganggu motoriknya. Gangguan
fisik berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat
dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan. Adanya gangguan fisik
tersebut mengakibatkan anak kesulitan untuk melakukan aktifitas hidup
sehari-hari; seperti pindah diri (ambulansi), makan, minum dan lainnya.
b.
Inteligensi
Sebagian anak mungkin kelihatannya lambat daya pikirnya, karena mereka
begitu lunglai dan lambat bergerak. Yang lain bergerak begitu banyak dan kaku,
sehingga mereka mungkin kelihatan bodoh. Wajah-wajah mereka berkerut, atau
mungkin mereka meneteskan air liur terus menerus karena otot-otot wajahnya
lemah dan sulit menelan. Hal ini dapat membuat anak yang cerdas kelihatan
lambat mentalnya. Sekitar separuh dari anak-anak Cerebral Palsy beretardasi mental, tetapi ini tidak boleh terlalu
ditetapkan. Anak perlu dilatih untuk menunjukkan seperti apa dia sebenarnya. Sebagian
besar anak-anak Cerebral Palsy mengalami
inteligensi yang rendah. Hasil pengukuran inteligensi anak Cerebral Palsy tidak menunjukkan kurva normal, semakin tinggi
inteligensi semakin sedikit jumlahnya (Somantri : 1996)
c.
Kemampuan
Persepsi
Persepsi anak Cerebral Palsy mengalami
gangguan, hal ini disebabkan saraf penghubung dan jaringan saraf otak mengalami
gangguan atau kerusakan. Akibatnya proses stimulus yang datang dari luar sulit
untuk diterima, ditafsirkan dan dianalisis oleh saraf sensoris. Anak akan
mengalami kesulitan untuk mengolah rangsangan visual, auditori, dan taktil yang
diterima. Anak mengalami kesulitan dalam konsep bentuk, keseimbangan posisi, orientasi
ruang, warna, bunyi, perasa dan peraba.
d.
Kognisi
Anak Cerebral Palsy mengalami
gangguan atau keterbatasan dalam kemampuan kognisinya sebagai akibat dari
kelainan otaknya, sehingga mengganggu fungsi kecerdasan, pendengaran, bicara,
perabaan dan juga bahasanya. Gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik
anak Cerebral Palsy berpengaruh
terhadap perkembangan keterampilan motorik yang lebih kompleks. Keterbatasan
motorik sangat membatasi ruang gerak kehidupan anak. Hambatan terhadap kegiatan
eksplorasi lingkungan menimbulkan hambatan terhadap masukan sensoris khususnya
pada masa formatif. Hal ini mengurangi stimulus yang diterima anak baik dalam
arti maupun dalam jenisnya (Somantri : 1996). Akibat berkurangnya stimulus yang
diterima, maka anak tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi dengan
suatu laju perkembangan yang normal.
e.
Kemampuan
bahasa dan bicara
Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama bagi seseorang, dengan
bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan yang lainnya, dengan bahasa
seseorang dapat menerima pesan, mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Kebanyakan
anak Cerebral Palsy mengalami
gangguan bicara. Gangguan bicara disebabkan kelainan motorik otot-otot bicara
dank arena kurangnya interaksi dengan lingkungan sekitar. Gangguan bicara pada
anak Cerebral Palsy dapat berupa
kesulitan artikulasi. Anak yang mempunyai gagasan atau ide yang akan
disampaikan pada orang lain secara lisan tidak terkomunikasikan, karena
bicaranya tidak jelas dan ucapannya susah ditangkap. Demikian juga anak Cerebral Palsy dapat mengalami hipoaktif
yaitu mengalami kemiskinan bahasa karena kurangnya berinteraksi dengan orang
lain.
f.
Emosi
dan penyesuaian sosial
Kelainan yang dialami anak Cerebral
Palsy mengakibatkan kondisi kejiwaan (emosi) dapat menjadi labil. Anak
merasa rendah diri, keras kepala, mudah tersinggung, takut, mudah marah. Ini
mungkin disebabkan karena rasa frustasi anak yang tidak mampu melakukan apa
yang dikehendakinya dengan tubuhnya. Jika terlalu banyak keramaian dan
aktifitas anak dapat menjadi takut atau bingung. Kondisi kecacatan dapat
mempengaruhi konsep dirinya. Konsep diri merupakan hasil interaksi dengan lingkungan, akibat kondisi
yang cacat, anak Cerebral Palsy mungkin
mempunyai konsep diri yang rendah akibatnya mereka untuk berinteraksi dengan
lingkungan mengalami hambatan. Kerusakan otak mungkin juga mempengaruhi
perilaku. Anak-anak membutuhkan banyak bantuan dan kesabaran untuk mengatasi
rasa takut dan perilaku mereka lainnya yang tidak biasa.
B.
Motorik Halus
Keterampilan motorik halus adalah kegiatan-kegiatan yang menggunakan
otot-otot kecil pada tangan. kegiatan ini termasuk memegang benda-benda kecil
seperti manik-manik, butiran kalung, memegang pensil dengan benar, menali sepatu,
mengancingkan baju menarik resleting, menggunting, menempel, melipat serta
membuat berbagai macam bentuk dari tanah liat atau play dough.
Motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi
antara faktor kematangan dan latihan atau pengalaman selama kehidupan yang
dapat dilihat melalui perubahan atau pergerakan yang dilakukan (Hildayani, 2009
: 8.4). Hurlock, (1995 : 150) menjelaskan pengertian motorik yaitu kemampuan mengendalikan
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi
yang berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir.
Suyadi (2010 : 67) juga mendefinisikan pengertian motorik yaitu
kemampuan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.
Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah ada sejak
lahir. Berdasarkan pernyataan di atas maka yang dimaksud dengan motorik adalah
gerakan tubuh yang melibatkan kegiatan susunan syaraf otot yang terkoordinasi. Kemampuan
motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan
individu secara keseluruhan. Noorlaila (2010:62) menjelaskan, bahwa yang
dimaksud kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak dalam melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis dan sebagainya.
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai
gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam
menggunakan tangan dan jari jemari (Wahyudin 2011:34). Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan dengan menggunakan koordinasi mata
dan tangan serta otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari-jari tangan dan tidak
memerlukan banyak tenaga.
Menurut Suyadi (2010:69) perkembangan motorik halus adalah meningkatnya
koordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil
atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan
gerak motorik halus seperti, meremas kertas, menyobek, menggambar, menulis dan
lain sebagainya. Pada umumnya orang tua lebih memperhatikan kemampuan motorik
kasar dari pada motorik halus anak, padahal sama pentingnya bahkan motorik
halus lebih bermakna karena kemampuan motorik halus juga menjadi jembatan bagi
anak untuk untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan
kinestetik tubuh (Wahyudin 2011 : 35).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus
merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau
sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan
anak belajar dan berlatih.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu:
1.
Sifat
dasar genetik, kelainan genetik akan mempengaruhi proses tumbuh kembang dan kemampuan
motorik anak.
2.
Sistem
saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik karena sistim saraflah yang
mengontrol gerak mototrik pada manusia.
3.
Kemampuan
fisik yang memungkinkan untuk bergerak karena kemampuan fisik anak yang normal
perkembangan motoriknya akan lebih dibandingkan anak yang memiliki kekurangan fisik.
4.
Lingkungan
yang mendukung, perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan
tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di
luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan
otot.
5.
Kesehatan
dan gizi yang baik pralahir khususnya gizi makanan sang ibu lebih mendorong
perkembangan motorik pasca lahir, daripada kondisi pralahir yang tidak menyenangkan.
6.
Adanya
rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh.
C.
Media Play Dough
1.
Pengertian
Play Dough
Play dough dilihat dari arti kata dalam kamus bahasa Inggris, Play adalah
bermain dan Dough adalah adonan. Jadi play dough adalah bermain
melalui adonan. Adonan tersebut terbuat dari campuran tepung terigu, garam, dan
bahan lainnya. Menurut Jatmika (1012 : 85) play dough adalah adonan mainan yang merupakan bentuk
modern dari tanah liat atau lempung yang terbuat dari campuran tepung terigu.
Play dough adalah salah satu alat permainan
edukatif dalam pembelajaran yang termasuk kriteria alat permainan murah dan
memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk
sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Anggraini (2013:27) menyatakan
Permainan play dough adalah salah satu aktifitas
yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak. Dengan bermain play dough, anak tak hanya memperoleh
kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan otak nya. Dengan play dough, anak-anak bisa membuat bentuk apa pun
dengan cetakan atau dengan kreativitasnya masing-masing.
Play dough dapat digunakan kembali setelah anak selesai bermain. Simpan dalam kotak
kedap udara. Jika play dough mengering, celupkan dalam air yang diberi
sedikit minyak, dan remasremas. Play dough sangat aman jika digunakan untuk
anak karena bahan-bahan yang digunakan tidak berasal dari bahan kimia sehingga
guru tidak perlu khawatir jika secara tidak sengaja anak menelan adonan play
dough. Akan tetapi sebelum memulai kegiatan hendaknya anak diingatkan bahwa
adonan play dough tidak untuk dimakan tetapi hanya digunakan untuk
kegiatan belajar saja.
2.
Manfaat
Bermain dengan Media Play Dough
Menurut
Immanuella F. Rachmani, dkk. manfaat bermain dengan media play dough yakni
:
b.
Berkreasi
dengan playdough dapat mencerdaskan anak, selain mengasah imajinasi,
keterampilan motorik halus, berfikirr logis dan sitematis, juga dapat
merangsang indera perabanya.
c.
Kelenturan
dan kelembutan bahan playdough melatih anak mengatur kekuatan otot jari.
d.
Anak
belajar memperlakukan media ini yaitu hanya perlu menekan lembut dan hati-hati.
3.
Penggunaan Media Play Dough Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy
Dalam
penggunaan media play dough, untuk
langkah pertama anak diajarkan untuk membuat adonan play dough, kemudian langkah kedua anak diajarkan cara bermain
menggunakan media play dough.
Berikut langkah-langkah
membuat play dough :
Bahan :
1.
2
cup tepung terigu
2.
1
cup garam/benzoat
3.
2
sdm baby oil
4.
1
cup air
5.
Pewarna
makanan berbagai macam
Alat :
1.
Berbagai
cetakan
2.
Centong
kayu/plastik
3.
Pisau
plastik
4.
Baskom
5.
Cotton buds
Cara membuat :
1. Campurkan
terigu dan garam/benzoat dalam sebuah baskom yang cukup besar, Aduk dengan
tangan atau menggunakan centong kayu/plastik sampai tercampur rata.
2. Beri
air pada campuran bahan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk sampai menjadi
adonan yang lembut dengan tekstur halus dan tidak lengket.
3. Beri
minyak baby oil, lalu adonan diolah
lagi sehingga didapatkan adonan yang benar-benar lembut dan wangi.
4.
Bagi
adonan menjadi enam bagian (atau sesuai jumlah warna yang inginkan).
5.
Ambil
satu bagian diberi beberapa tetes pewarna lalu diaduk lagi sampai warna merata.
Lakukan hal yang sama terhadap lima bagian lainnya dengan warna yang berbeda.
6.
Bila
semua adonan dengan warna yang berbeda telah selesai dibuat, play dough siap
digunakan untuk membuat berbagai kreasi.
Langkah kedua yaitu cara bermain dengan media play dough, yang dipaparkan sebagai
berikut :
1.
Memilih suatu tema yang akan dimainkan.
2.
Buat rencana/skenario.
3.
Menyediakan media, alat yang diperlukan.
4.
Memberi instruksi pada anak untuk membuat bentuk
sesuai tema.
5.
Memberi kebebasan pada anak untuk membuat bentuk
lain.
4.
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media Play Dough
Menurut
Moedjiono (1992), “bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan–kelebihan:
memberikan pengalaman secara langsung, dan konkrit, tidak adanya verbalisme,
obyek dapat ditunjukkan secara utuh baik
konstruksinya atau cara kerjanya dari segi struktur organisasi dan alur proses
secara jelas”.
Menurut Dwi
Rachmawati (2013), “bahwa bermain play dough sangat menyenangkan. Anak
bisa meremas, menggulung, atau mencetak berbagai bentuk sesuai dengan imajinasi
mereka. Sedangkan kelemahannya tidak dapat membuat obyek yang besar karena
membutuhkan ruang besar dan perawatannya rumit”.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan media play dough sangat
bermanfaat bagi anak dalam usaha untuk mengembangkan kemampuan motorik halus
anak. Media play dough merupakan alat
bantu yang berbentuk konkrit, sehingga mampu memberikan pemahaman yang jelas
dan benar. Kegiatan bermain play dough menggunakan
pembelajaran yang menarik dan bervariasi bagi anak. Selain itu juga dari
kegiatan membentuk, anak dapat melatih kelenturan pergelangan tangan dan
jari-jemari dalam membuat play dough, dan
melatih anak untuk berkratifitas. Tingkat keberhasilan dalam upaya meningkatkan
kemampuan motorik halus melalui media play
dough tergantung pada intensitas pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran pada
anak harus dilakukan berulang-ulang agar memperoleh hasil seoptimal mungkin.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, maka saran yang dapat diajukan diantaranya :
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, maka saran yang dapat diajukan diantaranya :
1. Untuk guru
Guru hendaknya membimbing anak dalam mengoptimalkan
kemampuan gerak motorik halus anak, salah satunya dengan menggunakan media play dough.
2.
Untuk
pihak sekolah
Diharapkan kepada semua pihak sekolah dapat menjalin
kerja sama yang baik dengan guru dalam melaksanakan kegiatan pengoptimalan
motorik halus anak guna mempersiapkan anak untuk menjadi lebih mampu melakukan kegiatan
sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Astuti.
1996. Terapi Okupasi, Bermain, dan Musik
Untuk Anak Tunagrahita. Depdikbud
Assjari, Musjafak. 1995. Ortopedagogik
Anak Tuna Daksa, Bandung: Depdikbud
Hurlock, Elizabeth. 1995. Perkembangan Anak. Terjemahan.
Jakarta: Erlangga.
Noorlaila, Iva. 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD.
Kreatif Mendidik dan Bermain Bersama anak. Yogyakarta : Pinus Book.
Nur, Jatmika Yusep. 2012, Ragam Aktivitas Harian untuk
Play Group. Jogjakarta: Diva
Press.
Nurhasan,dkk. 2005. Petunjuk
Praktis Pendidikan Jasmani (Bersatu Membangun Manusia yang Sehat Jasmani dan
Rohani). Surabaya: Unesa University Press.
Siti
Mahmudah, Sujarwanto. 2008. Terapi
Okupasi Untuk Anak Tunagrahita dan Tunadaksa. Unesa University Press
Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi
Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Dirjen Dikti.
Sujiono.2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.
Jakarta : Indeks
Sumantri, 2006. Model Pengembangan Ketrampilan
Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Suyadi. 2009. Anak Yang Menakjubkan. Jogjakarta:
Diva Press.
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta:
Pedagogia
Wahyudin, Uyu dan Agustin, Mubiar. 2011. Penilaian
Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama.
http://herdiniaviantia.blogspot.co.id/2015/08/kreativias-anak-usia-dini-dalam bermain.html (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 00:06)
http://repository.unib.ac.id/8756/1/I,II,III,II-14-chi.FK.pdf (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 00:17)
http://eprints.uny.ac.id/15422/1/SKRIPSI%20INOVIA.pdf (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 00:46)
(http://wildamaria.blogspot.com/2013/05/terapi-bermain-anak-3-5-tahun
bermain.html). (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 01:09)
(http://vistabunda.com/parenting/membuat-playdough-plastisin-mainan-yang-aman-buat-si-kecil)
: (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 01:38)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar