KELOMPOK I (TUNANETRA)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tunanetra
didefinisikan sebagai individu yang indera penglihatannya tidak berfungsi
sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seper halnya
orang awas. Hosni (1996) menyatakan tentang definisi ketunanetraan dilihat dari
kacamata pendidikan bahwa, “siswa tunanetra itu adalah mereka yang
penglihatannya terganggu sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam
pendidikan tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus dan
atau bantuan lain secara khusus”. Kehilangan penglihatan pada anak tunanetra
mengakibatkan hambatan khusus dalam mengakses pendidikan.
Anak tunanetra
mengalami hambatan atau gangguan dalam proses penglihatannya sehingga
membutuhkan alat kompensasi berupa media pembelajaran dan penerapan berbagai
metode dan teknik pengajaran yang lebih menarik dan variatif untuk memudahkan
aktivitas belajarnya. Penggunaan metode dan teknik pengajaran dengan
menggunakan objek secara langsung akan menambah daya abstraksi siswa. Agar daya
abtraksi siswa dapat berkembang hendaknya dalam proses belajar mengajar
menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Tunanetra?
2. Apa
saja unsur pelaksanaan PPI bagi anak Tunanetra?
3. Apa
saja komponen PPI bagi anak Tunanetra?
4. Apa
saja model layanan khusus bagi anak Tunanetra?
1.3 Tujuan
1. Memahami
pengetian Tunanetra
2. Mengetahui
unsur pelaksanaan PPI bagi anak Tunanetra
3. Menyebutkan
komponen PPI bagi anak Tunanetra
4. Menyebutkan
model layanan khusus bagi anak Tunanetra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tunanetra
Organ
mata dalam sistem pancaindera manusia merupakan salah satu dari indera yang
sangat penting, sebab disamping menjalankan fungsi fisiologis dalam
kehidupan manusia, mata
dapat juga memberikan keindahan muka
yang sangat mengagumkan. Atas dasar itulah
dalam banyak puisi
mata sering diibaratkan sebagai
“cermin dari jiwa” (M.
Efendi, 2006).
Dalam bidang
pendidikan luar biasa,
anak dengan gangguan penglihatan
lebih akrab disebut anak tunanetra. Pengertian tunanetra
tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu
melihat tetapi terbatas
sekali dan kurang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidup sehari-hari terutama dalam
belajar. Jadi anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah
melihat”,“low vision”, atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanetra.
Uuraian
di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
tunanetra adalah individu
yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak
berfungsi sebagai saluran
penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti
halnya orang awas. Anak-anak dengan gangguan penglihatan
dapat diketahui dalam kondisi berikut ini:
1.
Ketajaman penglihatannya kurang
dari ketajaman yang dimiliki orang awas.
2.
Terjadi
kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
3.
Posisi mata
sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
4.
Terjadi kerusakan
susunan syaraf otak
yang berhubungan dengan
penglihatan.
Berdasarkan acuan
tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu ;
1.
Buta
Dikatakan
buta jika anak sama sekali tidak mampu
menerima rangsang cahaya
dari luar (visusnya= 0).
2.
Low Vision
Bila anak
masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi
ketajaman lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu membaca headlinepada
surat kabar.
Tunanetra disebabkan
dari banyak faktor
(Somantri, 2006: 66) memaparkan
faktor tersebut dari
sudut pandang ilmiah,
yaitu faktor internal: kondisi
saat bayi dalam
kandungan: gen, kondisi
ibu, kekurangan gizi, keracunan
obat, serta faktor
ekternal: saat atau
sesudah kelahiran: kecalakaan, terkena
penyakit mata, pengaruh
alat bantu medis,
terkena virus, kurang gizi
pada masa perkembangan,
kurang vitamin, sakit
panas tinggi, keracunan. Kondisi
tunanetra tersbut dapat mengalami hambatan berbagai aspek perkembangan kognitif,
motorik, emosi, sosial, kepribadian.
2.2
Unsur Pelaksana PPI Bagi Anak
Tunanetra
Sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya, peserta
didik berkebutuhan khusus memerlukan banyak program pendukung untuk
perkembangannya. Program pendukung ini dilakukan oleh banyak pihak yang terkait
secara multi disipliner, yaitu :
1.
Bidang
edukasi (kepala sekolah, guru kelas, guru PLB, co-teacher)
2. Bidang
kedokteran (dokter anak, neurolog, psikiater, ahli fisioterapi, sensory therapy, okupasi terapi, bina bicara
dan lainnya)
3. Bidang
psikologi (psikolog perkembangan, klinis anak, pendidikan)
2.3
Komponen PPI Bagi Anak Tunanetra
Program pembelajaran individual (PPI) yang
dibuat secara berkala (3 bulan sekali), mencakup hasil identifikasi dan asesmen
yang dirangkum dalam suatu format komponen-komponen baku, meliputi:
a.
Informasi Data Siswa:
Meliputi nama siswa, kelas,
tahun ajaran yang berlangsung, dan diagnosa.
b.
Tingkat Kemampuan Peserta Didik
Mencakup
gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki peserta didik di bidang
akademis dan non-akademis. Hal ini diperoleh melalui hasil identifikasi awal dapat dilakukan oleh
guru (guru kelas atau guru pembimbing khusus) dengan metode observasi dan screening berbentuk checklist. Hasil identifikasi awal ini kemudian dapat ditunjang
dengan data yang didapat berdasarkan hasil kemampuan akademik. Tingkat
kemampuan peserta didik terdiri dari : (a) Kemampuan akademis seperti: struktur
kurikulum pada satuan Pendidikan inklusif mengacu pada struktur kurikulum SD,
SMP, dan SMA reguler. Bagi peserta didik
berkebutuhan khusus mengacu pada
kurikulum sekolah biasa dengan memodifikasi sesuai dengan jenis kebutuhan dan
kemampuan peserta didik. Untuk jenjang SMA inklusif, program khusus bersifat
kasuistik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik tertentu, dan tidak
dihitung sebagai beban belajar. Hasil kemampuan akademis merupakan data
penunjang hasil observasi dan Checklist
Identifikasi awal. Data ini didapat dari hasil Ulangan Harian dan Ulangan
Akhir, dan (b) Kemampuan Non-Akademis: Program Khusus sesuai jenis kelainan
peserta didik meliputi sebagai berikut. (1) Orientasi dan Mobilitas untuk
peserta didik Tunanetra, (2) Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama untuk
peserta didik Tunarungu, (3) Bina Diri untuk peserta didik Tunagrahita Ringan
dan Sedang, (4) Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa Ringan, (5) Bina
Pribadi dan Sosial untuk peserta didik Tunalaras, (6) Bina Diri dan Bina Gerak
untuk peserta didik Tunadaksa Sedang, dan Tunaganda, dan (7) Untuk peserta didik dengan identifikasi
dan klasifikasi Gifted potensi kecerdasan istimewa), Talented Bakat istimewa –
multi ple intelegence), Kesulitan belajar, Lambat belajar, Autis, O Indigo membutuhkan kegiatan yang
bervariasi seperti: bina diri, bina pribadi dan sosial, bina komunikasi, dan
persepsi bunyi.
Berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik, maka perlu menetapkan program tertentu sepeti yang diuraikan
berikut ini
1.
Penetapan Prioritas Program
Dari
informasi yang digambarkan pada komponen tingkat kemampuan peserta didik
ditetapkan program-program yang diprioritaskan, dan tahapannya. Juga banyaknya
program yang dijadikan target maupun aspek-aspek yang ditentukan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa. Aspek dalam area program pembelajaran individual (PPI)
mencakup aspek akademis dan non-akademis. Aspek akademis mengacu pada kurikulum
tingkat satuan pendidikan SD, SMP, SMA. Sedangkan aspek non-akademis merupakan
kemampuan yang mencakup kemampuan emosi, sosialisasi, perilaku, komunikasi, dan
pembinaan diri. Kedua area pembelajaran tersebut dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan peserta didik.
2.
Unsur Pelaksana
Penunjukan
suatu pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan program pembelajaran
individual (PPI), seperti guru kelas, guru bidang studi, guru pembimbing
khusus, guru pendamping, orangtua, psikolog, terapis, dan ahli lain.
3.
Periode
Mencantumkan
waktu pelaksanaan PPI dalam suatu tahun ajaran minimal dilakukan setiap tiga
bulan atau disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik berkebutuhan khusus, dan kebijakan sekolah yang bersangkutan
4.
Tujuan Umum
Membantu peserta didik untuk menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, dan dapat menyusun suatu program tertentu
sehingga peserta didik dapat berhasil dengan baik, dan dapat mempertahankan
hasil yang dicapainya.
5.
Sasaran Belajar
Merupakan
kemampuan tertentu yang harus diharapkan diicapai oleh peserta didik
6.
Aktivitas pembelajaran
Merupakan
cara-cara yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan program. Misalnya dengan menggunakan metode-metode
tertentu.
Metode
Pembelajaran Tunanetra
Pada
dasarnya metode yang digunakan untuk siswa tunanetra hampir sama dengan siswa
normal, hanya yang membedakan ialah adanya beberapa modifikasi dalam
pelaksanaannya, sehingga para tunanetra mampu mengikuti kegiatan pembelajaran
yang bisa mereka ikuti dengan pendengaran ataupun perabaan. Adapun
metode-metode tersebut ialah:
a) Metode Ceramah
Zuhairini
dkk mendefinisikan metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan di
mana cara penyampaian pengertian – pengertian materi kepada anak didik dengan
jalan penerangan dan penuturan secara lisan. Metode ceramah dapat diikuti oleh
tunanetra karena dalam pelaksanaan metode ini guru menyampaikan materi
pelajaran dengan penjelasan lisan dan siswa mendengar penyampaian materi dari
guru.
b) Metode Tanya jawab
Menurut
Zakiah Daradjat metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat
membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini
disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauhmana murid dapat
mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan. Siswa tunanetra
mampu mengikuti pengajaran dengan menggunakan metode tanya jawab, karena metode
ini merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera pendengaran.
c) Metode Diskusi
Metode
diskusi bertujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para
siswa. Seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid
berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan – persolan
yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara
saja, tetapi memerlukan wawasan atau ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan
terbaik atau alternatif terbaik. Anak tunanetra dapat mengikuti kegiatan
belajar mengajar yang menggunakan metode diskusi, mereka dapat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan diskusi itu karena dalam metode diskusi,
kemampuan daya fikir siswa untuk memecahkan suatu persoalan lebih diutamakan.
d) Metode Sorogan
Metode
ini dapat diikuti oleh anak tunanetra dan inti dari metode ini adalah adanya bimbingan langsung dari guru
kepada anak didik dan seorang guru dapat mengetahui langsung sejauhmana
kemampuan anak didiknya dalam memahami suatu materi pelajaran.
e) Metode Bandongan
Metode
bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan islam dimana
siswa atau santri tidak menghadap guru atau kyai satu demi satu, tetapi semua
peserta didik menghadap guru dengan membawa buku atau kitab masing – masing
kemudian guru membacakan, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat dari
kitab yang dipelajarinya, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan
yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu. Tunanetra
dapat mengikuti metode ini, karena metode ini dapat diikuti dengan tanpa
menggunakan indera penglihatan.
f) Metode Drill
Metode
Drill atau latihan adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan
menggunakan latihan secara terus menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan
yang diharapkan. Metode Drill merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam
metode yang banyak digunakan oleh para pendidik dalam proses belajar mengajar
agar tujuan pembelajaran tercapai. Metode ini lebih menitikberatkan kepada
keterampilam siswa secara kecakapan motoris, mental, asosiasi yang dibuat dan
sebagainya. Metode Drill dapat disebut juga dengan metode latihan atau praktek
secara langsung. Anak tunanetra mampu mengikuti metode ini jika materi yang
disampaikan dan media yang digunakan mampu mendukung mereka untuk memahami
materi pelajaran.
7.
Tanggal selesai
Merupakan
tanggal berakhirnya program yang telah dijalankan sesuai dengan perencanaan.
8.
Evaluasi
Berbagai
macam pelaksanaan evaluasi dapat berbentuk, secara tertulis, secara lisan,
ataupun menilai secara praktek. Evaluasi dilakukan untuk mengukur kemampuan
peserta didik terhadap proses hasil pembelajaran.
2.4
Model Layanan Khusus Di Individu Bagi
Anak Tunanetra
Contoh PPI Anak Tunanetra :
Model Profil Peserta Didik
1.
Data Peserta Didik
a.
Nama :
Ananda Satyawan
b.
Jenis Kelamin : Laki-laki
c.
Tempat lahir : Jakarta
d.
Tanggal lahir : 11 Maret 2008
e.
Diagnosa : Low Vision
2. Data Orangtua
a.
Nama Bapak : Rochmad Zaeni
b.
Nama Ibu : Retno Pujiastuti
c.
Alamat : Jl. Ibu Pertiwi V No.11
d.
Telepon : 021-7872019
3. Wali yang bisa dihubungi
dalam keadaan darurat:
a.
Nama : Ibu Ayu Kustiati
b.
Status : Nenek Edo
c.
Alamat : Jl. Kampung Utan No 5
d.
Telepon : 021-4567890
4.
Contoh Perkembangan Siswa
a. Riwayat Kehamilan
1. Kondisi
kehamilan Ibu : tidak ada gangguan, rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan
2.
Nutrisi saat
kehamilan : asupan gizi
tercukupi
3.
Sakit yang
diderita : influenza dan
panas
4.
Kecelakaan saat
hamil : tidak mengalami
kecelakaan
b.
Riwayat
Kelahiran
1.
Usia kehamilan : 8 bulan (premature)
2.
Berat saat
lahir : 17,5 ons
3.
Panjang : 46 cm
4.
Proses
kelahiran : normal
5.
Dibantu oleh : dokter
6.
Tempat
kelahiran : rumah sakit
7.
Peralatan
bantuan : didalam
inkubator 2 bulan
c. Riwayat kesehatan
1. Anak menderita lemah jantung
2. Selama masa balita anak sakit demam, flu yang
biasa diderita anak-anak
d. Riwayat Perkembangan Penglihatan Anak
Usia 3 bulan anak tidak dapat merespon ketika
diajak bermain dengan mainan yang digerakkan.
e. Silsilah Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami kelainan
penglihatan
f. Hasil Pemeriksaan dengan Media Snellen Chart
1. Menggunakan mata anak tanpa bantuan
a. Mata kanan :
2/30
b. Mata kiri :
3/60
c. Kedua mata :
4/60
2. Menggunakan Pin Hole
a.
Mata kanan : 6/20
b.
Mata kiri : 6/20
g. Kelainan yang Dialami Anak
1. Jenis :
Low Vision Sedang
2. Kondisi mata :
Bola mata bersih seperti mata normal. Bola mata sering bergerak
3. Dugaan :
Anak mengalami kelaianan refraksi juling dan diperkirakan kelainan retinopati.
Retinopati
prematurity adalah terjadinya gangguan pembentukan pembuluh darah pada retina
yang tidak berkembang. Pada bayi yang lahir premature pembuluh darah tumbuh
secara abnormal yaitu kedalam cairan jernih yang mengisi bola mata bagian
belakang. Pertumbuhan retina secara abnormal menyebabkan pembuluh darah tidak
memiliki jaringan penyokong sehingga sering terjadi pendarahan di bagian dalam
mata dan sangat rapuh. Akibatnya yang ditimbulkan adalah terbentuknya jaringan
parut yang menarik retina dari lapisan dalamnya ke arah pusat bola mata
sehingga retina terlepas. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain bola mata
sering bergerak dan tidak memiliki keseimbangan yang muncul adanya kelainan
refraksi yaitu gangguan pembiasan sinar ke retina.
Model Program Pembelajaran Individual (PPI)
Nama : Edo Satyawan
Kelas : Kelas 1
Tahun Ajaran : 2014 - 2015
Diagnosa : Low Vision
Periode : Juli –Agustus 2015
a. Unsur Pelaksana
No
|
Nama Pelaksana
|
Jabatan
|
Tanda Tangan
|
1.
|
Uce Aptian Filani
|
Guru kelas 1
|
|
2.
|
Erlita Eristianti
|
Aide Teacher
|
|
3.
|
Sukoco Rifai
|
Guru
Siswa Kebutuhan Khusus
|
|
4.
|
Rochmad
Zaeni
Retno
Pujiastuti
|
Orang
tua
|
|
5.
|
Ani
Rumanti, Psi
|
Psikolog
|
|
b. Tingkat Kemampuan
1.
Akademik
· Membaca:
Edo mengenal huruf alfabet tapi belum bisa merangkainya dalam 1 suku kata atau
bacaan tertentu.
· Berhitung
: Edo bisa mengucapkan hitungan 1 – 10 dan menunjukkan angka apabila
disebutkan. Edo masih melakukan kesalahan hitung pada benda-benda sehingga ada
benda yang terlewat dan jumlah yang disebutkan tidak tepat sesuai dengan
jumlahnya.
2.
Non-Akademik
· Edo
belum bisa bersikap mandiri. Seperti saat disekolah selalu ingin ditemani oleh
ibunya. Jika ibunya hendak pergi meninggalkannya Edo selalu mengangis
· Belum
terbiasa dengan rutinitas kelas, terutama yang berkaitan dengan menyimpan tas,
meletakkan buku komunikasi di meja guru, kemudian duduk di karpet. Si A
cenderung berjalan-jalan keliling kelas, melakukan hal-hal tersebut setelah
diingatkan oleh guru kelas atau co-teacher.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Program pembelajaran
individual (PPI) adalah suatu program pembelajaran yang disusun untuk membantu
peserta didik yang berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuannya. Bagi
peserta didik berkebutuhan khusus, materi pengajaran juga mengacu pada
kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah yang tentunya disesuaikan dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa secara individual. Oleh karena itu,
setiap siswa anak berkebutuhan khusus mempunyai program pembelajaran
individual (PPI) yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa per individu.
3.2 Saran
Dengan adanya program pembelajaran
individual (PPI) diharapkan peserta didik dapat belajar optimal dengan materi
belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kekhususannya. Penyusunan program pembelajaran individual (PPI)
dilakukan di awal setiap catur wulan dan dievaluasi pada saat program berakhir,
di mana waktu evaluasi disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sehingga bisa
dilakukan setiap satu bulan atau tiga bulan setelah program berjalan, atau
sesuai kebutuhan. Program pembelajaran individual (PPI) bersifat progresif dan
fleksibel dengan memperhatikan penanganan yang paling sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan siswa.
1.
Amin, M., 1995. Ortopedagogik Tunagrahita.
Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti, Proyek Pendidikan Gur
2.
http://ericha-wardhani.blogspot.com/2012/05/hasil-identifikasi-dan-rencana-program.html
5.
Howard
and Orlansky, 1986. Exceptional Children. Colombus: Merril Publishing
Company Edisi kedua.
6.
Rochyadi & Alimin, 2005. Pengembangan
Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat P2TK dan KPT.
7. Rudiyati, Sari. (2002). Pendidikan Anak Tunanetra (Buku Pegangan Kuliah). Fakultas Ilmu
Pendidikan. UNY.
8. Widjajantin, Anastasia dan imanuel hitipeuw. (1996). Orthopedagogik
Tunanetra I. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Direktorat jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar