Sabtu, 25 April 2015

Gangguan Kepribadian Dan Tingkah Laku



BAB I
PENDAHULUAN

I.         Latar Belakang Masalah
Keperibadian lahir dari sebuah ilmu psikologi pada akhir abad 18, kepribadian selalu menjadi salah satu topik bahasan penting. Perilaku manusia dapat diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil dapat dibedakan dengan manusia lainnya. Sedangkan perilaku itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon dengan stimulus yang timbul dan manusia merupakan gabungan dari jiwa dan raga yang memiliki sifat-sifat tertentu dan unik. Menurut Beerlins, 1951:43 manusia adalah makhluk yang serba terhubung dengan masyarakat, lingkungan dirinya sendiri dan tuhan. Pada dasarnya perilaku manusia dapat terbentuk akibat adanya stimulus yang diberikan, stimulus yang datang akan direspon dalam bentuk perilaku yang ditunjukan, perilaku itu sendiri dapat berbentuk positif atau negatif tergantung pada stimulus yang datang. Perilaku negatif dapat diartikan sebagai ganggua kepribadian atau tingkah laku.
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan. Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci tentang gangguan kepribadian dan tingkahlaku serta terapi untuk gangguan tersebut.

 
II.      Rumusan Masalah
2.1     Apa pengertian dari Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku ?
2.2     Apa ciri-ciri Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku ?
2.3     Apa faktor penyebab Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku ?
2.4     Sebutkan klasifikasi/jenis Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku?
2.5     Sebutkan dan jelaskan dampak Gangguan kepribadian dan Tingkah Laku ?
2.6     Bagaimana Terapi Gangguan Kepribadiam dan Tingkah Laku ?

III.   Tujuan Penulisan
·      Tujuan Umum
Untuk  memperoleh gambaran yang nyata tentang apa itu Gangguan Kepribadian.
·      Tujuan Khusus
1.      Mengetahui tentang pengertian Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku.
2.      Memberi informasi tentang ciri-ciri Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku .
3.      Mengetahui faktor penyebab Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku.
4.      Mengetahui Klasifikasi/jenis Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku.
5.      Mengetahui dampak Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku.
6.      Mengetahui terapi Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Kepribadia dan Tingkah Laku
Pengertian Gangguan Kepribadian Menurut beberapa ahli :
a. Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari kepribadian adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain.
b. Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.
c. Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan. Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
d. Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.
Gangguan kepribadian pada umumnya ditandai oleh masalah-masalah dimana individu secara tipikal mengalami kesukaran dalam melaksanakan kehidupan dengan orang lain sebagaimana yang ia kehendaki. Orang yang mengalami gangguan kepribadian ini melihat orang lain sebagai hal yang membingungkan, tidak jelas dan tidak dapat diduga. Dan begitu pula sebaliknya, ia akan melakukan tindakan sosial secara membingungkan.


Rounded Rectangle: Gangguan kepribadian atau dikenal dengan personality disorder adalah gangguan dalam perilaku yang memberikan dampak atau dinilai negatif oleh masyarakat.
 





2.2 Ciri-ciri Gangguan kepribadian dan Tingkah Laku
Penderita gangguan ini memiliki ciri-ciri (Supratiknya : 1995) sebagai berikut :
1.    Hubungan pribadinya dengan orang lain terganggu, dalam arti sikap dan perilakunya cenderung merugikan orang lain.
2.    Memandang bahwa semua kesulitannya disebabkan oleh nasib buruk    atau perbuatan jahat orang lain. Dengan kata lain, penderita gangguan ini tidak memiliki rasa bersalah.
3.    Tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang lain.
4.    Bersikap manipulatif atau senang mengakali, mementingkan diri, tidak punya rasa bersalah dan tidak mengenal rasa sesal bila mencelakakan orang lain.
5.    Celakanya, orang ini tidak pernah dapat melepaskan diri dari pola tingkah lakunya yang maladaptif  itu.
6.    Selalu menghindari tanggung jawab atas masalah-masalah yang mereka timbulkan.
Adapun yang tercantum di dalam PPDGJ bahwa seseorang yang didiagnosa gangguan kepribadian harus memenuhi kriteria dari bebarapa pedoman diagnostik sebagai berikut :
1.      Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang fungsi misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir, serta cara berinteraksi dengan orang lain.
2.      Pola perilaku abnormal berlangsung lama, dan tidak terbatas pada episode gangguan jiwa.
3.      Pola perilaku abnormalnya pervasif (mendalam) dan maladaptif  yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yanag luas.
4.      Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut hinggga usia dewasa.
5.      Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang cukup berarti,  tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang berlanjut.
6.       Gangguan ini biasanya “tapi tidak selalu” berkaiatan secara bermakna dengan masalah-masalah pekerjaan dan kinerja sosial.


2.3  Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku
Dalam gangguan kepribadian dan tingkah laku ada faktor yang menyebabkan timbulnya gangguan. Ada faktor internal dan eksternal.
*   Faktor Internal gangguan kepribadian dan tingkah laku :
1.      Faktor Genetika
Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan tempramen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2.      Faktor temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya : anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
3.      Faktor Biologis
Ø Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunjukkan peningkatan kadar testosterone, 17 estradiol dan estrone.
Ø Neurotransmitter, penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik, menyatakan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatic pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
Ø Elektrifisiologi, perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan ambang, di mana ditemukan aktivitas gelombang lambat.

4.      Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
*   Faktor Eksternal gangguan kepribadian dan tingkah laku :
1.    Lingkungan Keluarga
Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, keluarga memiliki pengaruh yang demikian penting dalam membentuk kepribadian pada anak. Keluargalah peletak dasar perasaan aman pada anak, dalam keluarga pula memperoleh pengalaman pertama mengenai perasaan aman, dasar perkembangan sosial, dasar perkembangan emosi dan perilaku yang baik. Kesalahan dalam  keluarga dapat menimbulkan gangguan emosi dan perkembangan perilaku pada seorang anak.
2.    Lingkungan Pendidikan/sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah keluarga. Timbulnya gangguan perilaku yang disebabkan lingkungan sekolah antara lain berasal dari guru sebagai tenaga pelaksana pendidikan dan fasilitas penunjang yang dibutuhkan anak didik. Perilaku guru yang otoriter mengakibatkan anak merasa tertekan dan takut menghadapi pelajaran sehingga anak akan lebih memilih membolos dan keluyuran pada saat dimana seharusnya ia berada dalam kelas.
3.      Lingkungan Masyarakat
Menurut Bandura (Kirkn & Gallagher, 1986) salah satu yang mempengaruhi pola perilaku anak dalam lingkungan sosial adalah keteladan yaitu menirukan perilaku orang lain. Masuknya budaya asing yang kurang sesuai dengan tradisi yang dianut masyarakat pada umumnya pun akan menyebabkan pola perilaku anak yang menyimpang.

2.4    Klasifikasi Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku
Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku dibedakan dalam beberapa klasifikasi atau jenis. Yaitu :
a) Kelompok A
Terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal. Individu pada ketiga gangguan ini menampilkan perilaku ynag relative sama yaitu eksentrik dan aneh.
1.         PARANOID
Individu dengan gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yang sangat kuat kepada orang-orang di lingkungan sekitarnya. Mereka seringkali sangat sensitive, mudah marah, dan menunjukkan sikap bermusuhan.
Salah satu faktor penting dalam gangguan kepribadian paranoid adalah adanya kecenderungan yang tidak beralasan (gangguan ini biasanya dimulai sejak masa dewasa awal dan tampak pada berbagai situasi dan kondisi) untuk menganggap perilaku orang lain sebagai merendahkan dan mengancam diri mereka.
Individu dengan gangguan ini tidak mampu terlibat secara emosional dan menjaga jarak dengan orang lain. Dalam situasi sosial, individu dengan gangguan ini tampak efisien, praktis, dan cekatan, namun mereka seringkali menjadi pemicu dari timbulnya masalah konflik dengan lingkungan.
Individu dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki gangguan ini sepanjang hidup mereka. Beberapa di antara mereka menunjukkan gangguan ini sebagai pertanda awal sebelum akhirnya mereka menderita skizofrenia.

2.         SKIZOID
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya menampilkan perilaku atau pola menarik diri dan biasanya telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Mereka merasa tidak nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain, cenderung introvert, dan afek mereka pun terbatas.

Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya memberikan tampilan bahwa mereka “dingin” dan penyendiri. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kebutuhan yang sangat rendah untuk berhubungan secara emosional dengan orang lain.
Kehidupan individu dengan gangguan ini biasanya diwarnai dengan kegemaran pada aktifitas yang tidak melibatkan orang lain (aktifitas mandiri) dan berhasil pada bidang-bidang yang tidak melibatkan persaingan dengan orang lain.
Kehidupan seksual mereka biasanya hanya sebatas fantasi dan mereka sedapat mungkin berusaha menunda kematangan seksualnya. Kaum pria biasanya tidak menikah karena mereka tidak dapat melakukan hubungan yang intim dan kaum wanita biasanya secara pasif akan menyetujui untuk menikah dengan kaum pria yang agresif dan sangat menginginkan mereka menikah dengannya.
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya mengalami kesulitan untuk mengekspresikan kemarahannya. Mereka menyalurkan energi afektifnya (misalnya kemarahan) kepada bidang-bidang yang tidak melibatkan orang lain.
Walaupun individu ini sangat penyendiri dan memiliki impian-impian atau fantasi, namun tidak berarti bahwa individu dengan gangguan ini mengalami masalah kontak realitas. Mereka tetap mampu membedakan antara realitas dan fantasi atau impian.
Sejauh ini diketahui bahwa gangguan kepribadian schizoid terjadi pada 7,5 persen populasi pada umumnya. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan juga tidak diketahui secara pasti namun diperkirakan sekitar 2 : 1 (laki-laki : perempuan).
Awal munculnya gangguan ini biasanya pada masa kanak-kanak awal. Biasanya berlangsung dalam jangka waktu yang lama walaupun belum tentu seumur hidup mereka. Jumlah individu dengan gangguan ini yang kemudian menjadi penderita skizofrenia, belum diketahui secara pasti.
 
3.         SKIZOTIPAL
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya tampak aneh secara sangat mencolok. Mereka memiliki pemikiran yang ajaib (magical), ide-ide yang ganjil, ilusi dan derealisasi yang biasa mereka tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Kadangkala isi pikiran mereka dipenuhi oleh fantasi yang berkaitan dengan ketakutan dan fantasi yang biasanya hanya muncul pada masa kanak-kanak.
Individu dengan gangguan ini mengalami masalah dalam berpikir dan berkomunikasi. Mereka sensitive terhadap perasaan atau reaksi orang lain terhadap dirinya, terutama reaksi yang negative seperti rasa marah atau tidak senang. Mereka pun memiliki kemampuan yang rendah dalam berinteraksi dengan orang lain dan kadangkala bertingkah laku aneh sehingga akhirnya mereka seringkali terkucil dan tidak memiliki banyak teman.
Individu dengan gangguan skizotipal kadangkala juga menampilkan gejala yang ditampilkan oleh individu dengan gangguan kepribadian borderline. Apabila hal ini terjadi, terapis boleh sekaligus mendiagnosis individu tersebut dengan 2 diagnosis, skizotipal dan borderline. Kadangkala terapis harus lebih berhati-hati karena apabila individu dengan skizotipal berada di bawah tekanan, mereka dapat menampilkan tingkah laku psikotik dan tampak seperti penderita skizofrenia, hanya bedanya pada individu ini gejala psikotik tersebut hanya tampak dalam waktu yang singkat dan segera menghilang. Jadi harus berhati-hati, jangan langsung memberikan diagnosis skizofrenia karena mungkin saja ternyata lebih sesuai dengan skizotipal.
Gangguan kepribadian skizotipal ini lebih banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita skizofrenia dan di antara kembar satu telur bila dibandingkan dengan kembar dari dua telur (33 persen vs 4 persen).
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 10 persen dari individu dengan kepribadian skizotipal pernah merencanakan untuk bunuh diri. Kepribadian skizotipal adalah titik awal yang memungkinkan seorang individu menderita skizofrenia.


b) Kelompok B
Terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik, dan narsistik. Individu pada gangguan tersebut menampakkan perilaku yang dramatis atau berlebih-lebihan, emosional, dan aneh (tidak menentu). 

1.         ANTI SOSIAL
Individu dengan gangguan kepribadian antisosial biasanya secara terus menerus melakukan tingkah laku kriminal atau antisosial, namun tingkah laku ini tidak sama dengan melakukan kriminalitas. Gangguan kepribadian ini lebih menekankan pada ketidakmampuan individu untuk mengikuti norma-norma sosial yang ada selama perkembangan masa remaja dan dewasa.
Individu dengan kepribadian antisosial biasanya mampu menampilkan tingkah laku yang menewan, memiliki kemampuan verbal yang baik, bahkan mampu menarik perhatian lawan jenis dengan perilakunya yang pandai merayu. Di sisi lain, individu yang sejenis seringkali menganggap perilaku individu dengan gangguan ini sebagai manipulatif dan terlalu menuntut.
Walaupun penampilan luarnya tampak positif, apabila terapis menelusuri riwayat kehidupannya, biasanya dipenuhi dengan perilaku berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi, pemakaian obat-obatan, dan berbagai aktivitas ilegal lainnya yang biasanya telah dimulai sejak masa kanak-kanak. Mereka tidak dapat dipercaya dan tidak memiliki tanggung jawab, oleh karena itu setelah dewasa individu dengan kepribadian antisosial biasanya berkaitan dengan kasus penyikasaan pada pasangan hidup, pada anak, pelacuran, dan mengandarai dalam keadaan mabuk.
Kepribadian ini lebih tampak pada daerah miskin. Usia kemunculan gannguan ini adalah sebelum usia 15 tahun. Perempuan biasanya menampakkan gejala ini sebelum masa pubertas dan pada anak laki-laki bahkan sebelumnya. Pada populasi  di penjara, prevelensi individu yang memiliki kepribadian antisosial mencapai 75 persen.
Gangguan kepribadian antisosial biasanya muncul pada masa remaja akhir. Prognosisnya bervariasi. Gangguan yang umum terjadi pada individu dengan kepribadian antisosial adalah gangguan depresi, gangguam alkohol, dan zat-zat tertentu (obat-obatan terlarang).


2.         BORDERLINE
Gangguan kepribadian borderline berada di perbatasan antara gangguan neurotik dan psikotik dengan gejala-gejala afek, mood, tingkah laku dan self-image yang sangat tidak stabil. Individu dengan gangguan kepribadian ini moodnya selalu berubah-ubah.
Tingkah laku dari individu dengan kepribadian borderline sangat tidak dapat diduga, akibatnya mereka jarang mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki (under-achiever). Mereka juga memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri (self-destrictive). Individu ini memiliki kemungkinan untuk mengiris pergelangan tangannya dan menampilkan berbagai self-mutilation (tindakan melukai diri sendiri, memotong)dengan tujuan mencari pertolongan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan mereka, atau mengumpulkan afek-afek yang mereka rasakan.
Individu dengan kepribadian borderline merasa bergantung pada orang lain, namun mereka juga memiliki perasaan bermusuhan terhadap orang lain. Individu dengan gangguan ini pun tidak tahan atau tidak dapat hidup apabila sendirian. Ketika kesepian dan kebosanan melanda mereka, walaupun hanya untuk waktu yang singkat mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan teman, walaupun hanya sebatas teman duduk.
Diperkirakan gangguan ini muncul pada sekitar 1 atau 2 persen pada populasi umum. Gangguan kepribadian ini dua kali lebih banyak pada kaum perempuan ketimbang laki-laki.
Berdasarkan penelitian longitudinal diketahui bahwa individu dengan gangguan kepribadian borderline tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan kea rah gangguan skizofrenia, namun individu ini memiliki kecenderungan untuk mengalami episode  major depressive disorder.

3.         HISTRIONIK
Gangguan Kepribadian Histrionik ditandai dengan tingkah laku yang bersemangat (colorfull), dramatis atau suka menonjolkan diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan.
Individu dengan gangguan ini selalu berusaha mencari perhatian dari lingkungan. Mereka cenderung untuk melebih-lebihkan pikiran atau perasaan mereka dan membuat segala sesuatunya tampak lebih penting dari yang sesungguhnya.
Tingkah laku merayu (seduktif) umum terjadi baik pada kaum pria maupun wanita dengan gangguan ini. Mereka pun kadangkala memiliki fantasi-fantasi seksual dengan mereka akan berhubungan. Pada kenyataannya, individu dengan gangguan histrionik biasanya memiliki masalah atau ganggan disfungsi seksual, pada kaum wanita biasanya anorgasmik (masalah dalam orgasme) dan pada kaum prianya impoten. Mereka melakukan tingkah laku seduktif lebih karena ingin meyakinkan diri sendiri bahwa mereka menarik untuk lawan jenisnya.
Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari perasaan-perasaan mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi dari berbagai tindakan yang dilakukannya karena salah satu mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan adalah represi. Apabila individu ini dalam kondisi stress, kontak dengan realitas dapat terganggu.
Gangguan kepribadian histrionik lebih banyak ditemukan pada perempuan ketimbang laki-laki. Kadangkala gangguan ini bersamaan dengan gangguan somatisasi dan penggunaan alkohol.
Dengan bertambahnya usia, biasanya gejala-gejala gangguan kepribadian histrionik ini akan menurun. Individu dengan gangguan ini biasanya dapat terlibat dengan masalah hukum, penggunaan zat , dan pelacuran karena mereka selalu memiliki tujuan untuk mencari dan mendapatkan perhatian dari lingkungan.

4.         NARSISTIK
Individu dengan gangguan kepribadian narsisistik memiliki perasaan yang kuat bahwa dirinya adalah orang yang penting serta individu yang unik. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh karena itu, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang lain.
Sikap mereka mengakibatkan hubungan yang mereka miliki biasanya rentan (mudah pecah) dan mereka dapat membuat orang lain sangat marah karena penolakan mereka untuk mengikuti aturan yang ada.
Individu dengan gangguan narsisistik tidak memiliki self-estem yang mantap dan mereka rentan mengalami depresi. Masalah-masalah yang biasanya muncul karena tingkah laku individu yang narsisistik misalnya sulit membina hubungan interpersonal, penolakan dari orang lain, kehilangan sesuatu atau masalah dalam pekerjaan.
Prevalensi mengalami peningkatan pada populasi dengan orang tua yang selalu menanamkan ide-ide kepada anaknya bahwa mereka cantik, berbakat, dan spesial secara berlebihan.
Gangguan kepribadian narsisistik merupakan gangguan yang kronis dan sulit untuk mendapat perawatan. Mereka biasanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa usia mereka bahwa sudah lanjut, mereka tetap menghargai kecantikan, kekuatan, dan usia muda secara tidak wajar. Oleh karena itu, mereka lebih sulit melewati krisis pada usia senja ketimbang individu lain pada umumnya.


c) Kelompok C
Terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsesif-kompulsif. Individu dengan gangguan kepribadian semacam ini tampak selalu cemas dan ketakutan.

1.         MENGHINDAR (AVOIDANT)\
Kunci dari individu dengan gangguan kepribadian menghindar adalah sangat sensitif terhadap penolakan, sehingga akhirnya yang tampak adalah tingkah laku menarik diri. Individu dengan gangguan ini adalah individu yang memiliki ketakutan yang besar akan kemungkinan adanya kritik, penolakan atau ketidaksetujuan, sehingga merasa enggan untuk menjalin hubungan, kecuali ia yakin bahwa ia akan diterima.
Individu tersebut bahkan terkadang menghindari pekerjaan yang banyak memerlukan kontak interpersonal. Dalam situasi sosial, ia sangat mengendalikan diri (kaku) karena sangat amat takut mengatakan sesuatu yang bodoh atau dipermalukan atau tanda-tanda lain dari kecemasan. Ia merasa yakin bahwa dirinya tidak kompeten dan inferior, serta tidak berani mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru.


Individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya tidak memiliki teman dekat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat yang dominan pada individu ini adalah malu-malu. Biasanya individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya memiliki sejarah fobia sosial atau malahan menjadi fobia sosial dalam perjalanan gangguannya.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria dari avoidant personality disorder adalah sebagai berikut:
  Penghindaran terhadap kontak interpersonal karena takut kritik dan penolakan.
  Ketidakmampuan untuk terlibat dengan orang lain kecuali ia merasa yakin akan disukai atau diterima.
  Kekakuan dalam hubungan yang intim karena takut dipermalukan atau dicemooh.
  Perhatian yang berlebihan terhadap kritik atau penolakan.
  Perasaan tidak mampu.
  Perasaan inferior.
  Keengganan yang ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.

2.         DEPENDEN
Individu dengan gangguan kepribadian dependen cenderung meminta orang lain untuk memikul tanggung jawab terhadap diri mereka, tidak percaya diri, merasa tidak nyaman apabila harus sendirian (walaupun dalam jangka waktu yang singkat). Mereka cenderung submisif atau patuh.
Individu dengan gangguan ini pun tidak mampu membuat suatu keputusan tanpa adanya nasehat, saran serta dukungan yang sangat banyak dari lingkungannya. Mereka berusaha menghindar dan tidak bersedia posisi yang sarat dengan tanggung jawab serta menjadi cemas apabila harus berperan sebagai pemimpin. Mereka lebih memilih menjadi individu yang submisif yang patuh dan mengikuti orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan kepribadian dependen.

Individu dengan kepribadian dependen cenderung mengalami kesulitan dalam fungsi pekerjaan apabila mereka dituntut untuk bekerja secara mandiri dan tidak disertai adanya pengawasan. Hubungan sosial yang mereka jalin terbatas hanya pada orang-orang dimana mereka dapat bergantung.
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya regresi atau fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat melindungi atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan tergantung. Pendekatan kognitif-behavioral mengemukakan bahwa penyebabnya adalah karena kurang asertif dan kecemasan dalam membuat keputusan.

Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria gangguan kepribadian dependen yaitu sebagai berikut:
Kesulitan dalam mengambil keputusan tanpa nasihat dan dukungan yang berlebihan dari orang lain.
  Kebutuhan terhadap orang lain untuk memikul tanggung jawab dalam hidupnya.
Kesulitan dalam mengatakan atau melakukan penolakan terhadap orang lain karena takut kehilangan dukungan dari orang lain.
  Kesulitan dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu sendiri karena kurang percaya diri.
Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan baginya sebagai cara untuk memperoleh penerimaan dan dukungan dari orang lain.
  Perasaan tidak berdaya ketika sendiri karena kurang percaya pada kemampuan diri dalam menyelesaikan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
  Segera mencari hubungan baru ketika hubungan yang sedang terjalin telah berakhir.
  Sangat ketakutan untuk mengurus atau menjaga diri sendiri.

3.         OBSESIF KOMPULSIF
Obsessive-compulsive personality disorder, yaitu gangguan pada individu yang mempunyai gaya hidup yang perfeksionis.Gangguan ini ditandai dengan tingkah laku yang keras kepala, kebimbangan, sangat teratur, dan cenderung mengulang-ulang sesuatu hal. Kunci utama dari gangguan ini adalah kecenderungan perfeksionis dan tidak fleksibel yang sudah menetap pada diri individu. Sebagai contoh: individu dengan gangguan ini terus menerus mengecek seluruh kunci pintu di rumah karena mereka merasa takut pada pencuri, mencuci tangan terus-menerus kadangkala hingga kulit tangan menjadi luka.
Individu dengan obsessive-compulsive personality bersifat perfeksionis, sangat memperhatikan detail, aturan, jadwal, dan sebagainya. Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif sangat memperhatikan detail sehingga kadang ia tidak dapat menyelesaikan hal yang dikerjakannya. Ia lebih berorientasi pada pekerjaan daripada bersantai-santai dan sangat sulit mengambil keputusan karena takut membuat kesalahan. Selain itu, ia juga sangat sulit mengalokasikan waktu karena terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak seharusnya. Biasanya ia memiliki hubungan interpersonal yang kurang baik karena keras kepala dan meminta segala sesuatu dilakukan sesuai dengan keinginannya. Istilah yang umum digunakan sebagai julukan bagi individu seperti itu adalah “control freak”. Individu dengan gangguan kepribadian ini pada umumnya bersifat serius, kaku, formal dan tidak fleksibel, terutama berkaitan dengan isu-isu moral. Ia tidak mampu membuang objek yang tidak berguna, walaupun objek tersebut tidak bernilai. Di samping itu, ia juga pelit atau kikir.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria dependent personality disorder yaitu sebagai berikut:
Sangat perhatian terhadap aturan dan detail secara berlebihan sehingga poin penting dari aktivitas hilang.
Perfeksionisme yang ekstrem pada tingkat di mana pekerjaan jarang terselesaikan.
Ketaatan yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga mengesampingkan waktu senggang dan persahabatan.
Kekakuan dalam hal moral.
Kesulitan dalam membuang barang-barang yang tidak berguna.
Tidak ingin mendelegasikan pekerjaan kecuali orang lain megacu pada satu standar yang sama dengannya.
Kikir atau pelit.
Kaku dan keras kepala.

2.5  Dampak Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku
Damapak dari gangguan kepribadian dan tingkah laku dapat dilihat dari gambaran umum dan dari segi-segi aspek.
Secara umum Dampak gangguan kepribadian :
1.    Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan ketidakmampuan   untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang disebabkan putusnya hubungan dengan masyarakat.
2.    Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan kepribadian ambang dan cluster B.
3.    Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.
4.    Depresi, kecemasan dan gangguan makan. Untuk semua cluster mempunyai resiko berkembangnya problema psikologis lainnya.
5.    Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian. Pada gangguan kepribadian dependen beresiko mengalami pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik.
6.    Karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata (bergantung pada orang tersebut).
7.    Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan kepribadian paranoid dan antisosial.
8.    Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko lebih besar melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri bersangkutan dipenjara.
9.    Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak mendapatkan perawatan secara baik.

Dampak gangguan kepribadian berdasarkan aspek-aspek :
*   Perkembangan
1.         Emosional
Apabila emosi tersebut sudah begitu keras melampaui batas penerimaan atau nilai kritik individu begitu keras sehingga fungsi individu terganggu maka dinyatakan emosinya terganggu, mungkin sebagai pendorong maupun penghambat tetapi sudah diluar kewajaran karena sifatnya berlebihan.

2.         Motorik
Pada orang yang normal proses dari adanya motivasi sampai dengan gerakan tersebut pada umumnya berjalan lancar sedangkan pada gangguan prilaku proses tersebut tidak lancar. Contohnya : orang yang lemah terhadap kemauan dan orang yang tidak sanggup melakukan sugesti.

3.         Kepribadiaan
Sifat curiga yang menonjol, orang lain selalu dilihat sebagai aggressor, ingin
merugikan, ingin menyakiti dan sebagainya sehingga ia bersikap sebagai pemberontak untuk mempertahankan harga dirinya dan juga melemparkan tanggungjawab dan kesalahan pada orang lain.

2.6  Terapi Gangguan Kepribadian dan Tingkah Laku
Terapi gangguan kepribadian dan tingkah laku disebutkan secara umum dan dapat dilakukan sesuai jenis atau klasifikasi gangguan. Artinya terapi yang diberikan berdasarkan gangguannya.
Secara umum terapi gangguan kepribadian dan tingkah laku :
A.       Pendekatan Biofisikal
Terapi bagi yang mengalami penyimpangan tingkah laku bertujuan untuk mengurangi prilaku yang mengganggu, memperbaiki prestasi sekolah dan hubungan dengan lingkungannya, serta lebih mandiri di rumah dan di sekolah. Disamping itu, terapi ditujukan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dan prilaku yang lebih aman di komunitas.
Saat dilaksanakan terapi disarankan keluarga penderita dilibatkan agar terapi dapat berlangsung dengan lebih efektif. Keterlibatan anggota keluarga lainnya dan guru sangat diperlukan dalam penanganannya. Dalam hal ini dokter berperan sebagai educator dan konsultan bagi penderita dan keluarga penderita. Terapi Biofisikal dilakukan dengan cara mengontril zat-zat yang ada dalam otak. Pilihan utama terapi adalah obat dari golongan psikostimulan. Salah satunya adalah Methylphenidate.
  
B.  Pendekatan Psikodinamik
Sigmund Freud dengan pendekatannya “Deep Theraphy” dengan adanya :
1.   ID atau dorongan-dorongan dalam diri prinsip kerjanya adanya kepuasan berkaitan dengan napsu dan sex (pleasure principle), berada dibawah alam sadar.
2.   Ego prinsipnya kenyataan dan bersifat eksklusif yang mengintegrasikan antara id dan super id (reality principle). Fungsinya mengatur dan menahan desakan dalam diri sesuai dengan realita. Ego terbagi menjadi dua :
a.    Ego ideal : terkait dengan aturan-aturan standar moral
b.    Concience : kata hati, timbul akibat tekanan, peringatan, hukuman yang datang dari luar
Menurut Freud, tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ketidaksadaran, sifat dari tingkah laku manusia itu mekanis (deterministic mekanik). Menurut Freud, aneka situasi yang menekan yang mengancam akan menimbulkan kecemasan dalam diri seseorang. Kecemasan ini berfungsi sebagai peringatah bahaya sekaligus merupakan kondisi tidak menyenangkan yang perlu diatasi. Jika individu mampu mengatasi sumber tekanan (stressor), kecemasan akan hilang. Sebaliknya jika gagal dan kecemasan terus mengancam mungkin dengan intensitas yang meningkat pula, maka individu akan menggunakan salah satu atau beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri. Langkah ini secara superficial dapat membebaskan individu dari kecemasannya, namun akibatnya dapat timbul kesenjangan antara pengalaman individu dan realitas. 

C.  Pendekatan Behavioral
Teknik-teknik terapi dari pendekatan behavioral :
1.         Shaping adalah pembentukan tingkah laku baru dari yang sederhana ke yang komplek.
2.         Chaining adalah teknik yang menghubungkan potongan-potongan tingkah laku sehingga menjadi suatu tingkah laku.
3.         Promting digunakan apabila anak setelah diberi instruksi 2 kali.
4.    Cueing adalah isyarat verbal / gestrud (bahasa tubuh) untuk menguatkan atau melemahkan tingkah laku tertentu.
5.        Time out mengistirahatkan atau mengeluarkan seseorang yang berprilaku yang tidak diharapkan dari kelompok.
6.    Token economy adalah pemberian ganjaran dengan sesuatu bernilai ekonomis, point, kartu diganti dengan barang biasa digunakan pada anak yang suka memukul ini dimaksudkan supaya si anak dapat menahan untuk mendapatkan point tadi.

Teknik pendekatan behavioral menurut Hesher :
1.    Desentisisasi (penuruan kepekaan), sistematik desentasisistem adalah penurunan kepekaan secara sistematik.
a.         S.D 1 (imago) adalah latihan penurunan kepakaan dengan khayalan
b.        S.D 2 (real live/invivo) adalah digunakan untuk penderita phobia
2.   Assertive training adalah latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan dengan mempertahankan harga diri. Biasanya cocok digunakan bagi orang-orang yang rendah diri atau yang sering diejek.
3.     Sexual training diberikan kepada klien yang mengalami kecemasan dalam hubungan seksual / antar jenis kelamin.
4.      Avection therapy adalah latihan menghilangkan kebiasaan buruk dengan memberikan stimulus yang memberikan respon yang berkebalikan. Biasanya digunakan untuk anak-anak yang suka mengompol.
5.         Cover desentisition sama dengan SD 1 adalah menghilangkan kebiasaan buruk seperti pemabuk dengan cara membayangkan pada saat yang bersamaan diminta untuk membayangkan hal yang paling tidak menyenangkan bedanya SD 1 dibimbing.
6.         Thought stoping (penghentian pikiran) adalah menghilangkan kecemasan akibat perlakuan orang yang tidak mengenakan, missal : anak diminta membayangkan sesuatu yang sangat menyakitkan dirinya sendiri lalu pada saat klimaks dihentikan.
7.         Modeling adalah anak diperintahkan menirukan sesuatu.

D.  Pendekatan Sosiologi
Pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagai salah satu pendekatan yang menggunakan media masyarakat sebagai media pembelajaran untuk individu yang dianggap mempunyai tingkah laku menyimpang. Karena dalam lingkungan itulah individu dapat belajar tentang banyak hal termasuk di dalamnya adalah tentang pola prilaku yang sesuai dengan lingkungan di mana ia berada.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Gangguan kepribadian atau dikenal dengan personality disorder adalah gangguan dalam perilaku yang memberikan dampak atau dinilai negatif oleh masyarakat. Gangguan kepribadian pada umumnya ditandai oleh masalah-masalah dimana individu secara tipikal mengalami kesukaran dalam melaksanakan kehidupan dengan orang lain sebagaimana yang ia kehendaki. Orang yang mengalami gangguan kepribadian ini melihat orang lain sebagai hal yang membingungkan, tidak jelas dan tidak dapat diduga. Dan begitu pula sebaliknya, ia akan melakukan tindakan sosial secara membingungkan. Seseorang yang menderita gangguan tidak begitu saja dibiarkan melainkan harus melakukan terapi. Terapi yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan yang terjadi. Melalui proses dari dalam dirinya maupun eksternal dirinya.








DAFTAR PUSTAKA

(Diakses Tanggal 20 April 2015)